
Perjalanan Pemenang :  KESELAMATAN
				Sebuah Studi dari Kitab Ibrani mengenai  Justification, 
				Sanctification, Glorification
				
				 
				
						JUSTIFICATION
						1. Manusia Berdosa Tidak Dapat Menghapuskan Kebutuhannya 
						akan Pengampunan
						Kitab Ibrani mengambarkan Tuhan Yesus sebagai 
						penggenapan dari ritual-ritual kurban Perjanjian Lama 
						dengan meng ‘superimpose’ kan semua gambaran itu ke 
						dalam diri Tuhan Yesus. 
						• Dialah Imam Besar yang lebih baik dari Iman Besar di 
						Perjanjian Lama.
						• Dialah Kurban yang lebih baik dari kurban darah anak 
						domba di Perjanjian Lama.
						• Dialah Bait (tubuh-Nya) yang lebih baik daripada Bait 
						di Perjanjian Lama.
						• Darah-Nya berbicara lebih baik (meminta pengampunan) 
						daripada darah Habel (menuntut balas).
						
						2. Manusia Berdosa Membutuhkan Pembenaran dari Tuhan
						HANYA YESUS yang bisa menawarkan pengampunan sejati, 
						yang bukan hanya memberikan perasaan kelegaan di dalam 
						hati kita secara subyektif, tetapi memulihkan status 
						kita secara obyektif menjadi orang yang dibenarkan 
						dihadapan Allah, karena darah-Nya menutupi dan 
						membatalkan dakwaan si Iblis kepada kita dihadapan Allah 
						(Kolose 2:14, Ibrani 9:15).
						
						Yesus sanggup memberi pengampunan karena Ia telah 
						memenuhi seluruh standar kebenaran Allah dan Dia menjadi 
						kurban substitusi bagi kita. Karena kita percaya kepada 
						pribadi dan karya-Nya, maka pengampunan itu tersedia 
						bagi kita. Inilah yang disebut JUSTIFICATION. 
						
						Pada fase JUSTIFICATION yang ditekankan adalah: MANUSIA 
						DIAMPUNI DARI DOSANYA.
						
						SANCTIFICATION
						Di dalam Perjanjian Lama, kekudusan dilambangkan dengan 
						pemisahan secara fisik (‘physical separation’) yang 
						membedakan bangsa Israel dengan bangsa bangsa lain 
						disekitarnya. Di dalam Perjanjian Baru, kesucian hati 
						nurani lah yang menjadi fokus utama didalam proses 
						penyucian.
						
						Ada beberapa aspek yang kita dapat lihat didalam proses 
						SANCTIFICATION ini.
						1. Dipenuhi Roh Kudus Setiap Waktu
						Kitab Ibrani dan di surat-surat lain Paulus menekankan 
						menekankan pentingnya dipenuhi dengan Roh Kudus, supaya 
						kita mengalahkan/mematikan keinginan daging.
						Galatia 5:16-17 berkata, 
						“maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan 
						menuruti keinginan daging. Sebab keinginan daging 
						berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh 
						berlawanan dengan keinginan daging…”
						
						Fungsi utama kepenuhan Roh Kudus, adalah membangkitkan 
						talenta dan karunia yang akan menjadi indikator kuat ke 
						arah panggilan dan tujuan hidup kita.
						
						2. Mengalahkan Kelemahan dan Kedagingan Kita
						Ibrani 10:26 berkata, 
						
						“Sebab jika sengaja berbuat dosa sesudah kita memperoleh 
						pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi 
						kurban untuk menghapus dosa itu.” 
						
						Kata ‘sengaja’ disini diambil dari Bahasa Yunani 
						‘hekousios’ yang berarti kemauan sendiri . Hal ini 
						dibandingkan dengan dosa yang dilakukan karena 
						ketidaktahuan atau kelemahan. Banyak orang percaya masih 
						ada dalam posisi terbelenggu dalam kelemahan mereka. 
						Dalam hati mereka tahu bahwa apa yang mereka lakukan 
						salah, tetapi mereka belum cukup melatih otot-otot 
						rohani mereka untuk melawan keinginan daging mereka. 
						
						Posisi ‘stalemate’ alias gencatan senjata antara sifat 
						manusia baru dengan keinginan daging manusia lama adalah 
						posisi yang amat berbahaya, karena mata hati manusia 
						baru tersebut dapat menjadi buram, dan akhirnya lama-kelamaan 
						mereka kembali lagi ke dalam posisi menyerah, menerima, 
						dan menikmati dosa yang dilakukan oleh manusia lama 
						mereka.
						
						3. Setia kepada Panggilan dan Tujuan Hidup Kita
						Di dalam kitab Ibrani dijelaskan bahwa mereka yang 
						murtad atau meninggalkan Tuhan adalah mereka yang tidak 
						tahan terhadap proses pembentukan sebelum pada akhirnya 
						mereka mencapai Tujuan Hidup (‘Destiny’) yang Allah 
						siapkan untuk mereka. Dalam Ibrani 10:35-39 kita melihat 
						bahwa ada kemungkinan orang-orang percaya sekalipun akan 
						kehilangan ‘Destiny’ yang Allah sediakan bagi mereka, 
						dan hal ini memiliki konsekuensi yang serius, bukan 
						hanya hidup kita jadi kurang bahagia dan kurang 
						diberkati, tapi kita beresiko kehilangan perkenanan 
						Allah atas hidup kita.
						• Esau adalah orang yang rela menukarkan ‘destiny’-nya 
						atau hak kesulungannya karena keinginan daging yang 
						tidak sanggup dikuasainya. (Ibrani 12: 16-17)
						• Samson adalah orang yang menarik yang menunjukkan 
						korelasi antara ketidakmampuan mengendalikan kelemahan 
						daging dan kehilangan tujuan kehidupannya. Samson 
						jelas-jelas memiliki kelemahan daging yang sangat 
						kentara (pesta pora, termasuk main wanita, semua bentuk 
						nafsu kedagingan dan omongan kasar). Ia rela 
						mengkhianati sumpah nazir-nya dengan membiarkan Delilah 
						mencukur ketujuh kepang rambutnya. Pada titik itulah Roh 
						Allah meninggalkan dia. Hanya karena kemurahan Tuhan lah 
						pada akhir hidup nya, Samson teringat kembali kepada 
						‘destiny’ Allah dalam hidupnya, dan ditengah-tengah 
						kebutaan matanya, ia memohon untuk dipulihkan kembali 
						kepada ‘destiny’ asalnya.
						
						4. Menunjukkan Karakter Kristus dalam Kehidupan 
						Sehari-hari
						Ibrani 13:1-6,16 dengan indahnya menggambarkan karakter 
						Kristus yang ditampilkan dengan hal hal seperti:
						• Menjaga kasih persaudaraan 
						• Keramahtamahan
						• Keprihatinan tulus atas mereka yang membutuhkan dan 
						menderita
						• Penggunaan otoritas yang tepat (ingatlah akan orang 
						orang hukuman, jangan sewenang wenang)
						• Moralitas seksual dan keluarga
						• Integritas ekonomi (jangan rakus/jangan jadi hamba 
						uang)
						• Berbuat baik kepada komunitas
						
						Seorang Kristen yang menunjukkan karakteristik seperti 
						ini disebut Kristen yang DEWASA, BERTUMBUH KEARAH 
						KESERUPAAN DENGAN KRISTUS. Kekudusan bukan hanya 
						mengenai tindakan dalam penyembahan, tapi juga mengenai 
						karakter yang tulus, murni, baik, dan berguna bagi 
						sesama. KEKUDUSAN berbicara mengenai hati yang terpaut 
						sepenuhnya dan seutuhnya kepada Tuhan).
						
						5. Hormat dan Setia Kepada Persekutuan Tubuh Kristus
						Ibrani 13:7-9,17 mengajarkan kita untuk taat, dan 
						mendukung para pemimpin rohani yang berjaga-jaga atas 
						kehidupan kita. Proses pembentukan dan pertumbuhan 
						rohani tidak dapat dipisahkan dari melaksanakan 
						disiplin-disiplin rohani yang diterapkan oleh para 
						pemimpin rohani di dalam komunitas/gereja dimana orang 
						Kristen tertanam. 
						
						Pertumbuhan orang Kristen yang dipenuhi Roh Kudus tidak 
						dapat dipisahkan dari persekutuan dengan sesama orang 
						Kristen lainnya dan kepemimpinan para pemimpin rohani. (Kisah 
						Para Rasul 2:42,47; 4:33; Ibrani 13:7,17,24; Filipi 
						2:1-2)
						
						Pada fase SANCTIFICATION ini penekanannya adalah: 
						MANUSIA MENANG ATAS DOSANYA.
						
						GLORIFICATION
						Paulus menasihatkan hal ini di dalam 1 Timotius 2:1-4:
						
						
						“Pertama-tama aku menasihatkan: Naikanlah permohonan doa 
						syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang. Untuk 
						raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat 
						hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan 
						kehormatan. Itulah yang baik dan yang berkenan kepada 
						Allah, Juruselamat kita, yang menghendaki supaya semua 
						orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan 
						kebenaran.” 
						
						Tidak salah mengharapkan keadaan menjadi lebih baik, 
						ekonomi dipulihkan, dan cita-cita pribadi kita tercapai, 
						tetapi itu semua harus dibawa dalam keselarasan tujuan 
						Allah secara global. 
						
						Dapat kita katakan bahwa penggunaan Amanat Agung-lah 
						yang menjadi keinginan hati Allah sendiri dan alur 
						sejarah akan mau tidak mau bermuara kepada penggenapan 
						rencana Tuhan yang besar atas dunia ini, dimana 
						keselamatan diberitakan ke setiap suku, bangsa, kaum, 
						dan bahasa.
						Matius 24:14 berkata, 
						
						“Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh 
						dunia, menjadi kesaksian bagi segala bangsa, sesudah itu 
						barulah kesudahannya.”
						
						TUJUAN DARI KEDATANGAN KRISTUS KEMBALI
						1. Menyempurnakan Keselamatan Kita dengan Memberikan 
						Tubuh Kemuliaan
						Jika kita melihat kembali proses Justification, 
						Sanctification, dan Glorification, maka di tahap kedua 
						(Sanctification) diperlukan kerjasama manusia untuk 
						selalu taat dan dituntun oleh Roh Allah. Semakin dalam 
						tingkat pengudusan kita dan semakin tinggi tingkat 
						pemenuhan Roh Kudus atas hidup kita, maka semakin 
						’mudah’ bagi kita untuk mematikan kedagingan kita dan 
						juga kejiwaaan kita (‘soulishness’). 
						
						Namun selama kita hidup di bumi ini, kedagingan kita 
						tidak bisa 100 persen dihilangkan. Bahkan John Wesley 
						pun tidak percaya kepada doktrin ‘Sinless Perfection’, 
						meskipun pada masa kini ada sebagian kecil dari pengikut 
						Wesley yang mengajarkan hal tersebut . 
						
						Pada waktu Tuhan kembali menjemput kita di awan-awan, 
						maka mereka yang sudah terlebih dahulu ‘beristirahat’ di 
						dalam Tuhan, akan dibangkitkan dengan tubuh yang mulia 
						seperti tubuh yang dikenakan oleh Tuhan Yesus pada 
						kebangkitan-Nya. Inilah yang dimaksud dengan ‘Kemah yang 
						Baru’. Di dalam tubuh yang mulia ini kita akan telepas 
						dari dosa di dalam daging kita, keterbatasan tubuh 
						jasmani dan akan hidup di dalam kondisi yang sama dengan 
						Allah.
						
						2. Memberi Upah Kepada kita Hamba-hamba-Nya
						Di dalam banyak perumpamaan Tuhan Yesus dan juga di 
						dalam surat Paulus, konsep mengenai MAHKOTA adalah upah 
						yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang setia. Allah 
						adalah Raja diatas segala raja, manusia dalam tubuh 
						kemuliaan: raja kecil yang memerintah bersama Tuhan 
						Yesus. 
						
						Di dalam perumpamaan-perumpamaan akhir zaman Tuhan Yesus 
						di dalam Matius 24 dan 25, terlihat beberapa motif yang 
						konsisten.
						• Tuan dan Hamba: inilah hubungan fungsional antara kita 
						dan Tuhan selama kita berada di dalam dunia ini. Secara 
						relasional kita adalah anak. Secara fungsional kita 
						adalah hamba.
						• Tuan yang pergi jauh dan pada akhirnya kembali membawa 
						upah. Hal ini merupakan penggambaran mengenai hari 
						Kedatangan Tuhan yang tidak dapat diketahui oleh 
						siapapun.
						• Penguasaan atas kota, talenta dan mina: ini 
						penggenapan final dari tujuan Allah menciptakan manusia 
						di Kejadian 1:28, 
						
						“... beranakcuculah dan bertambah banyak, penuhilah bumi 
						dan taklukanlah …hendaklah mereka berkuasa atas segala 
						ciptaan Allah…”
						
						• Talenta dan mina adalah unit ukuran finansial, yang 
						pada zaman dahulu diukur dengan emas dan perak. Secara 
						simbolis emas dan perak menggambarkan tingkat tingkat 
						kemuliaan akan diterima orang percaya pada hari 
						kedatangan-Nya. (1 Korintus 3:10-15, 15:35-44) 
						
						Uang juga berbicara mengenai kemampuan mempengaruhi, 
						memerintah, dan menguasai; itulah yang diwujudkan di 
						dalam pribadi mamon (ilah atas kekayaan). Pada saat itu, 
						kita akan dianggap ‘layak’ untuk memerintah bersama 
						Allah atas seluruh ciptaan-Nya, karena selama kita 
						melayani Dia di bumi ini, kita telah belajar menaklukkan 
						dan menggunakan mamon, bukannya ditaklukkan dan 
						diperalat mamon.
						
						3. Memberi Upah Kepada Kita Hamba-hamba-Nya
						Pada akhirnya, keselamatan yang dikerjakan oleh Tuhan 
						Yesus diatas kayu salib bukan hanya bersifat individual, 
						tetapi juga kosmik, seperti yang ditegaskan oleh Paulus 
						dalam surat Roma 8:19. 
						
						“Seluruh makhluk mengeluh dalam belenggu, menantikan 
						pernyataan anak anak Allah…” 
						
						Ia akan datang kembali, ketika semua rencana-Nya telah 
						genap. Ia akan merebut kekuasaan dari tangan Iblis, 
						menghancurkan tahta dan kerajaan Iblis, dan mendirikan 
						Kerajaan-Nya di bumi ini. Tanpa hal ini, maka nilai 
						keselamatan yang dikerjakan Kristus di kayu salib akan 
						menjadi sangat diperkecil. Ia akan hanya menjadi 
						juruselamat yang sanggup menolong, melepaskan, 
						menyembuhkan kita, tetapi selama hidup di dunia ini kita 
						berada dalam ‘rudungan’ penguasaan si jahat yang memang 
						disebut ilah zaman ini (‘God of this Age’).
						
						Itulah sebabnya juga hari Kedatangan Tuhan menyongsong 
						suatu ERA YANG BARU (A NEW AGE) dengan bergantinya 
						penguasa yang lama dengan penguasa yang baru; yang sah, 
						layak, dan akan memerintah dengan segala keadilan dan 
						kebenaran. 
						1 Yohanes 3:2-3 berkata, 
						“Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah 
						anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita 
						kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus 
						menyatakan diri-Nya, kita akan MENJADI SAMA SEPERTI DIA, 
						sebab kita akan MELIHAT DIA dalam KEADAANNYA yang 
						SEBENARNYA. Setiap orang yang menaruh pengharapan itu 
						kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah 
						suci.” 
						
						Pada fase GLORIFICATION ini penekanannya adalah: MANUSIA 
						TIDAK LAGI MEMILIKI KEHADIRAN DOSA. (AL).
						
						
						DAFTAR PUSTAKA
						_________________________________________
						1. Dengan memakai gambaran imamat Perjanjian Lama dan 
						superioritas Yesus dalam Perjanjian Baru, penulis Kitab 
						Ibrani memberikan sebuah konsep diskontinuitas - 
						kontinuitas secara bersamaan. Diskontinuitas dimana 
						sistem kurban secara literal tidak lagi diperlukan. 
						Kontinuitas dimana karya imamat Yesus digambarkan dalam 
						tema Perjanjian Lama. Lihat: I. Howard Marshall, New 
						Testament Theology : Many Witnesses, One Gospel (Downers 
						Grove, IL : IVP Academic, 2004), 611-613.
						2. Kata ‘hekousios’ ketika dikaitkan dengan sebuah aksi 
						berarti sebuah tindakan yang dilakukan secara sadar atas 
						kehendak sendiri dan sengaja (voluntary, deliberate). 
						Pengertian ini dapat dikaitkan dengan konsep dosa yang 
						dilakukan dengan sengaja (NET : “defiantly”; ESV : “with 
						a high hand”) dalam Bil 15:22-31. Lihat : Luke Timothy 
						Johnson, Hebrews : A Commentary, The New Testament 
						Library (Louisville, KY : Westminster John Knox Press, 
						2006), Heb 10:26-27, Logos.
						3. Pandangan Metodis Wesleyan dapat diwakili oleh 
						pernyataan berikut : “Ada banyak miskonsepsi tentang 
						Kesempurnaan orang Kristen .. bukanlah kesempurnaan 
						absolut. Ini hanya berlaku untuk Tuhan ... bukan 
						kekebalan terhadap godaan atau kecenderungan dosa.” H. 
						Orton Wiley, Christian Theology, Vol 2 (Kansas City, MO 
						: Beacon Hill Press, 1952), 498, Logos.