PREACHING THE GOSPEL; THE PENTECOSTAL WAY
“Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh
dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu
barulah tiba kesudahannya .”
Matius 24:14
“Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil,
karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan
setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi,
tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata
kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin
kepada iman , seperti ada tertulis: "Orang benar akan
hidup oleh iman.”
Roma 1:16-17
Dunia kekristenan pada masa kini terbagi menjadi 3
keluarga besar yaitu: Dunia Roma Katolik, Dunia
Protestan, dan Dunia Ortodoks yang mencakup sepertiga
jumlah manusia di muka bumi. Sampai pada saat ini agama
Kristen masih merupakan jumlah terbesar dari semua agama
yang ada. Dua kelompok dari Dunia kekristenan memiliki
ciri yang sama yaitu keutamaan pemberitaan Injil sebagai
salah satu alasan keberadaan Gereja di muka bumi ini.
Mereka adalah Dunia Katolik dan Dunia Protestan. Bagi
Dunia Katolik, semangat misi adalah hal yang
menyelamatkan gereja Katolik dari kemunduran atau bahkan
kepunahan yang mengancamnya paska reformasi di Eropa.
Semakin banyak negara-negara di Eropa berubah dari
mayoritas Katolik menjadi memeluk protestanisme yang
dibarengi dengan peningkatan kualitas sumber daya
manusia, ekonomi, politik, dan militer, maka gereja Roma
Katolik membentuk ordo-ordo misi dengan tujuan
memberitakan iman Katolik melampaui batas-batas benua
Eropa menuju Asia Selatan, Timur Jauh, Samudera Pasifik,
bahkan ke DUNIA BARU. Hal itu menuai hasil yang luar
biasa. Benua Amerika Latin hari ini adalah 80 % penganut
iman Katolik, sebagian dari negara-negara di pantai
timur Afrika, dan di Asia, Filipina, Timor Leste adalah
negara-negara dengan mayoritas penganut Katolik.
Di dunia Protestan meskipun terlambat hampir 2 abad,
namun semangat misi yang lahir dimulai dengan pelayaran
William Carey ke India tahun 1799 telah merevolusi wajah
dunia sampai pada masa kini. Dunia Protestan bukanlah
suatu blok yang masif (sangat besar) dan monolit (bongkahan
batu yang besar); di dalamnya terdapat banyak faksi dan
golongan. William Carey, Hudson Taylor, dan David
Livingstone adalah contoh misi individual yang lahir
dari api kegerakan metodisme, meskipun William Carey
sendiri tidak pernah secara resmi memutuskan hubungan
dengan gereja Anglikan tetapi ia hampir dapat dikatakan
100% melakukan pelayanan misi di India terlepas dari
struktur gereja di Inggris. Di dalam misi Protestan juga
terdapat usaha-usaha penginjilan yang dilakukan oleh
gereja-gereja di negara-negara di Eropa. Usaha misi
gereja reformed Belanda di Indonesia adalah contoh utama
kasus ini.
Semua hal diatas tidak dapat disangkal karena sangat
berperan di dalam meletakkan dasar penginjilan di benua
Asia dan Afrika. Hal ini sangatlah berharga di mata
Tuhan dan generasi orang percaya pada saat inipun tidak
dapat melupakan kontribusi para pelopor Injil ini. Hal
yang sangat jelas adalah usaha-usaha penterjemahan
Alkitab ke dalam bahasa-bahasa yang kemudian berkembang
menjadi bahasa-bahasa utama yang di pakai di Asia.
Sebagai contoh bahasa Bengali, bahasa Urdu, bahasa Hindi
di India, bahasa mandarin (The Chinese Union Version)
sangat berjasa membentuk bahasa mandarin modern, bahasa
Korea, bahasa Vietnam, dan bahasa Melayu.
Namun tidak dapat disangkal bahwa ledakan perkabaran
Injil terjadi setelah benua Asia dilanda kebangunan
rohani. Kebangunan Rohani Azusa Street 1906 menjadi
pemicu dari beberapa kebangunan rohani setempat yang
terjadi di Pyongyang (1907), India barat laut (1910),
Shandong (1917). Api pentakostalah yang akhirnya
memberdayakan usaha penginjilan yang kali ini bukan
hanya dilakukan oleh satu atau dua orang penginjil yang
terpanggil saja tetapi seluruh gereja Tuhan diberdayakan
untuk menjadi saksi-saksi Kristus. Orang - orang
Pentakosta memiliki suatu kacamata khusus di dalam
melihat usaha misi dan penginjilan. Mereka melihat
penginjilan sebagai bukti nyata dan ekstensi seseorang
yang telah dipenuhi dengan kuasa Roh Kudus. Dengan
sederhana dapat dikatakan bahwa seseorang yang mau
menjadi saksi (menginjil) haruslah seorang yang dipenuhi
terlebih dahulu oleh kuasa Roh Kudus dan seorang yang
dipenuhi oleh kuasa Roh Kudus tidak mungkin tidak
menjadi saksi Kristus.
ADA 2 ALASAN UTAMA SESEORANG DAPAT MENJADI SAKSI KRISTUS
1. Kepenuhan Roh Kudus
Kepenuhan Roh Kudus di dalam diri orang percaya akan
terus menerus membawa “kehadiran” Tuhan Yesus di dalam
diri orang percaya.
Itulah sebabnya didalam khotbah-Nya terakhir pada malam
sebelum Yesus ditangkap, Ia memberikan penjelasan
panjang lebar tentang peranan Roh Kudus bagi orang
percaya. Salah satunya adalah Ia akan menyertai mereka
sampai kepada kesudahan zaman. Dengan kata lain Roh
Kudus membawa kehadiran Tuhan di dalam kehidupan para
rasul-Nya, bahkan mereka yang menjadi percaya kepada
Yesus karena pemberitaan para Rasul. Roh Kudus akan
membuat mereka mampu “merasakan” kehadiran Tuhan Yesus.
Tanpa hal ini, di dalam kekristenan hanya tersisa ajaran
Tuhan Yesus.
Meskipun tidak dapat disangkali bahwa ajaran Tuhan Yesus
memang luar biasa tetapi kekristenan akan menjadi tidak
berbeda dengan agama atau filosofi yang ada dunia pada
saat itu. Murid-murid Plato pun masih menyimpan dan
memelihara ajaran Plato, tetapi mereka tidak dapat
mengklaim bahwa mereka disertai oleh Plato senantiasa di
dalam menjalani seluruh kesulitan hidup.
Itulah sebabnya untuk menjadi saksi Kristus, orang harus
terus menerus diperbaharui pengalamannya dengan Kristus.
2. Kuasa Roh Kudus
Untuk menjadi saksi Kristus seseorang harus dipenuhi
dengan Kuasa. Yesus menetapkan kedua belas murid-Nya
yang selalu bersama-sama dengan Dia untuk “menjadi
Rasul-Nya” kata Apostolos yang seringkali diterjemahkan
sebagai “messenger atau Rasul” sebenarnya mengacu kepada
seorang duta besar Romawi yang diutus untuk mendirikan
sebuah koloni baru bagi Roma dengan disertai Legiun
Romawi, korps pegawai negeri Roma, meterai senat Romawi
sebagai bukti otoritasnya.
Hal inilah yang menjadi titik penekanan istimewa kaum
Pentakosta. Banyak terjadi kesalahpahaman dengan
pengertian bahwa kuasa Allah terletak pada Injil Yesus
Kristus. Mereka sering mengutip Roma 1:16. Tetapi jika
kita melihat konteks ayat tersebut dikatakan disana
bahwa Injil adalah Kuasa Allah bagi mereka yang percaya.
Dengan kata lain bagi mereka yang belum percaya; Injil
belum dapat menunjukkan kuasanya.
a. Pertama-tama yang harus dilihat adalah Injil (bahasa
Yunani “ευαγγελιον” atau “Euaggelion”) memiliki arti
kabar baik. Menurut etimologi kata “ευαγγελιον” dalam
bahasa Yunani seringkali menunjuk kepada kabar baik
mengenai Raja sebagai penguasa kota (Polis) dan hal-hal
yang berkenaan dengan kehidupannya;
• Raja baru saja menang perang,
• Raja baru saja mendapatkan keturunan yang baru,
• Raja baru saja sembuh dari sakit.
Di dalam konteks itulah kita harus mengartikan kata
kabar baik yaitu “Kabar Baik” mengenai Yesus yang adalah
Raja yang sedang datang bersama dengan kerajaan-Nya.
Bukan kabar baik menurut apa yang kita inginkan. Dengan
melihat pengertian ini, jelaslah kita mengerti bahwa
tidak semua orang mengakui Yesus sebagai raja mereka.
b. Barulah kita dapat mengerti, Paulus mengajarkan bahwa
pemberitaan Injil tidak terlepas dari konteks peperangan
rohani. Kerajaan kegelapan tidak akan rela melepaskan
orang-orang dari cengkramannya dengan begitu saja.
“Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga,
maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa, yaitu
orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah
dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak
melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang
adalah gambaran Allah.” 2 Kor 4:3-4
Yesus mengajarkan, jika kita ingin menjarah
perbendaharaan seorang kuat, kita harus mengikat orang
kuat itu terlebih dahulu baru kita dapat merampas segala
miliknya. (Mat 12:29; Mrk 3:27)
Itulah sebabnya sama seperti tugas dari Apologetika
ialah untuk menyingkirkan keraguan dan penolakan mental/intelektual
seseorang sebelum pemberitaan Injil maka demonstrasi
kuasa Roh Kudus dengan tanda-tanda ajaib dengan mujizat
menduduki peran yang sama secara praktikal.
Apologetika bukanlah Injil. Demikian pula demonstrasi
kuasa Roh Kudus bukanlah Injil itu sepenuhnya.
Kesembuhan fisik tidak dapat menyelamatkan seseorang
dari dosa. Mujizat tidak menyelamatkan seseorang dari
dosa. Hanya Injillah yang dapat menyelamatkan seseorang
dari dosa. Namun, seringkali mujizat, kesembuhan, dan
kuasa Roh Kudus diperlukan sebagai pembuka jalan untuk
mata hati orang atau komunitas dicelikkan untuk mereka
melihat Injil kemuliaan Allah. (AL)