PURPOSE OF HOLINESS
"Kuduslah kamu bagi-Ku, sebab Aku ini, TUHAN, kudus
dan Aku telah memisahkan kamu dari bangsa-bangsa lain,
supaya kamu menjadi milik-Ku."
Imamat 20:26 TB1
Keselamatan kekal meliputi proses pembenaran
(justification) melalui iman kepada Kristus dan karya
Roh Kudus yang menghasilkan kelahiran baru dan kebebasan
dari hukuman dosa serta status yang baru sebagai ‘anak
Allah’. Selanjutnya, masuk dalam proses pengudusan
(sanctification) menuju keserupaan dengan Kristus dan
menghasilkan buah Roh, dan pada akhirnya menerima proses
pemuliaan (glorification) sebagai akhir dari perjalanan
rohani orang percaya; menerima kuasa untuk memerintah
bersama Kristus dalam kekekalan. Ketiga hal tersebut
adalah anugerah Tuhan yang harus dialami oleh setiap
orang percaya di dalam kehidupannya.
Setelah kita dibenarkan oleh iman kepada Kristus maka
kita akan mengalami proses pengudusan yang membuat kita
akan menjadi semakin serupa dengan Kristus. Secara
status setiap orang percaya sudah menjadi manusia baru,
dan dalam kehidupannya sebagai manusia baru ia akan
terus menerus diperbaharui oleh Roh Kudus. (Kolose 3:10)
Proses pembaharuan secara terus menerus disebut dengan
istilah “Pengudusan”, yang berarti dipisahkan dari dunia
untuk masuk ke dalam kehidupan yang kudus bagi Allah.
Pengudusan ini penting karena Allah lah yang menghendaki,
“Karena inilah kehendak Allah: Pengudusanmu, ...”
1 Tesalonika 4:3 TB2
Kehidupan kudus dimungkinkan oleh peran Roh Kudus yang
tinggal dalam setiap orang percaya. Roh Kudus membuat
kekudusan bisa dipraktikkan dalam kenyataan kehidupan
orang percaya. Kehidupan kudus dapat dijelaskan sebagai
“... hidup sesuai dengan kehendak Allah, yang memanggil
kamu ke dalam Kerajaan dan kemuliaan-Nya.” (1 Tesalonika
2:12 TB2). Pengudusan ini mencakup keseluruhan cara
hidup yang berkenan kepada Allah.
Pengudusan berasal dari kata “Hagiazo” (yun.) yang
artinya menguduskan atau mengkhususkan untuk tujuan
khusus dan kudus. Pembenaran mengandung pembebasan ilahi
dari dosa berdasarkan iman kepada Kristus sedangkan
pengudusan mematahkan kuasa dosa atas kehidupan kita
sehingga kita bisa kudus dan murni selaku anak-anak
Allah, seperti tertulis dalam 1 Petrus 1:14-16 TB2,
“Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti
hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu,
tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh
hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah
memanggil kamu, sebab ada tertulis, “Hendaklah kamu
kudus, sebab Aku kudus. “
Kita menyadari bahwa kita tidak bisa menjadi kudus
dengan kemampuan diri kita sendiri.
1. Kita membutuhkan sumber pengudusan yaitu Tuhan Yesus
Kristus
“... yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk
membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk
menguduskan bagi diri-Nya suatu umat milik-Nya sendiri,
yang rajin berbuat baik.”
Titus 2:14 TB2
Kita percaya bahwa Kristus,
“... membenarkan, menguduskan, dan menebus kita.”
1 Korintus 1:30 TB2
Kristus itu sempurna dan Juruselamat yang berkuasa.
Kematian-Nya tidak hanya memiliki kuasa untuk
membenarkan tetapi juga kuasa untuk menguduskan.
2. Kita juga membutuhkan Firman Allah
Karena:
“Seluruh Kitab Suci diilhamkan Allah dan bermanfaat
untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk
memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam
kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan
Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.”
2 Timotius 3:16-17 TB2
Firman Allah akan menunjukkan jalan yang harus kita
tempuh di dalam proses pengudusan.
3. Kita membutuhkan Roh Kudus yang menolong kita untuk
mampu menjalani proses pengudusan
“Sebab, jika kamu hidup menurut keinginan daging, kamu
akan mati. Namun, jika oleh Roh kamu mematikan
perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.” Roma 8:13
TB2
Apa yang terjadi dalam proses pengudusan orang percaya?
1. Status obyektif : Kematian Kristus adalah dasar
pengudusan orang Kristen sebagai sebuah fakta yang sudah
selesai. (Ibrani 10:10)
2. Pengalaman Subjektif: adalah pengalaman di dalam
kehidupan baru dalam Kristus yang dinyatakan setiap hari
dalam kehidupan yang menjadi semakin serupa dengan
Kristus (Ibrani 12:10).
3. Karya Roh Kudus: Roh Kudus yang berada dalam orang
percaya, selalu bekerja untuk semakin menyesuaikan orang
percaya pada Yesus Kristus dalam pikiran, perkataan dan
perbuatan (Galatia 5:16).
4. Tugas Umat Allah: Kita tidak bisa menyerahkan
pengudusan kita secara pasif kepada Roh Kudus saja,
tetapi kita harus menanggapi karya Tuhan dengan mengejar
kehidupan kudus (Filipi 2:12-13; Ibrani 12:14).
Tidak ada jalan pintas kepada kekudusan, setiap aspek
dalam kepribadian kita baik jiwa, roh dan tubuh harus
disesuaikan dengan Kristus.
“Siapa yang mengatakan bahwa ia ada di dalam Dia, ia
wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup”
1 Yohanes 2:6 TB2
Untuk apa orang percaya menjalani proses pengudusan
dalam sepanjang umur hidupnya?
1. Memenuhi rencana dan kehendak Allah dalam hidup kita.
(Efesus 1:4)
2. Menggenapkan tujuan Kristus mati di kayu salib dalam
kehidupan kita, yaitu untuk menguduskan dan menyucikan
jemaat. (Efesus 5:25-27)
3. Mempertahankan status dan hubungan sebagai anak Allah
dan manusia baru. (2 Korintus. 6:17-18)
4. Supaya kita bisa beribadah kepada Tuhan dengan cara
yang benar. (Mazmur 24:3-4)
Orang yang ingin menyembah dan melayani Allah harus
mengusahakan hati yang murni dan kehidupan yang benar.
Tangan yang bersih dari tindakan dosa, yang lahir dari
hati yang murni yang mengacu kepada kekudusan batin,
motivasi dan sasaran yang benar itu yang membuat ibadah
kita menjadi ibadah yang berkenan kepada Allah.
Persembahan tubuh sebagai persembahan yang hidup dan
kudus adalah ibadah kita yang sejati (Roma 12:1), dan
hanya orang yang murni hatinya akan melihat Allah (Mat.
5:8), dan tanpa takut dapat beribadah kepada-Nya. (Lukas
1:74-75)
5. Memelihara diri dari yang jahat di tengah dunia yang
semakin rusak dan mengalami pertumbuhan rohani menjadi
semakin dewasa dalam Kristus (Wahyu 22:11).
6. Kekudusan mendatangkan perlindungan, berkat, dan
pemeliharaan Allah sebagai Bapa. Dia akan menjadi
penasihat dan pembimbing kita; Dia akan mengasihi dan
menghargai kita sebagai anak-anak-Nya sendiri (2
Korintus 6:16-18). Hal ini berlaku sampai kekekalan (1
Timotius 4:8). Sebaliknya, penolakan orang percaya untuk
hidup kudus akan mengakibatkan hilangnya persekutuan
dengan Allah, penerimaan oleh Bapa dan hak-hak kita
sebagai anak.
7. Memiliki kekuatan untuk melawan dosa dan Iblis serta
menjadikan kita berfungsi dengan baik untuk Kerajaan
Allah (2 Timotius 2:21).
Akhirnya,
“... hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh
hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah
memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab
Aku kudus.”
1 Petrus 1:15-16 TB2
Amin. (BM)
________________________
DAFTAR PUSTAKA
1. French L. Arrinton, Doktrin Kristen: Perspektif
Pentakosta, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2015
2. J. Wesley Brill, Dasar yang teguh, Yayasan Kalam
Hidup, Bandung, 1999
3. Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, Gandum Mas dan
Lembaga Alkitab Indonesia, 2002
4. https://www.impactus.org/daily-devotional/the-benefits-of-holiness