Shalom..., Selamat Datang di GBI House Of Grace ~ Rayon 3

Renungan

“RANCANGAN TUHAN ADALAH HARI DEPAN YANG PENUH HARAPAN!”

Shalom Saudara yang dikasihi Tuhan,
Waktu berjalan begitu cepat, dengan tidak terasa saya sudah memasuki usia ‘baru’ 70 tahun. Biasanya orang yang memasuki usia mulai angka 70 itu mulai agak gelisah hidupnya, mengapa? Sebab mereka pasti ingat apa yang dikatakan oleh Musa, yaitu:
“Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap.” Mazmur 90:10
Ini Musa yang berbicara, tetapi yang luar biasa Musa sendiri dipanggil Tuhan pada usia 120 tahun. Haleluya!
Dalam Kejadian 6:3 dikatakan, “Berfirmanlah TUHAN: “Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena manusia itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh tahun saja.”
Dan ayat ini digenapi oleh Musa.
Musa mulai dipakai oleh Tuhan untuk membawa bangsa Israel keluar dari Mesir pada usia 80 tahun. Dan jika saya hitung-hitung saya dapat tugas dari Tuhan sebagai ‘messenger’ dari Pentakosta Ketiga pada umur 70 tahun. Kemarin saya katakan kepada anak-anak muda di MDPJ, “Hai anak-anak muda, jangan kuatir! Opa masih lama! Opa akan sama-sama kamu!” Haleluya! Saya tahu saya masih lama karena saya mengemban satu tugas dari Tuhan seperti Musa, ngomongnya 70 – 80 tahun tetapi 80 tahun baru dipakai. Atau mungkin itu adalah masuk dalam musim yang baru, jadi yang 70 tahun itu selesai dan setelah itu masuk musim yang baru. Sedari tadi kita berbicara tentang Musa, Saudara mungkin belum tahu karena saya belum pernah bilang bahwa nama baptis saya adalah Moses. Haleluya!

“Tahun 2019 adalah Tahun Kelahiran yang Baru!” Saya ingatkan kepada Saudara, memasuki tahun 2019 Tuhan berkata, “Lakukan 3 hal ini!”:
1. Hidup menurut Firman Tuhan
2. Banyak berdoa, memuji dan menyembah Tuhan dalam unity siang dan malam.
3. Berharap dan hanya mengandalkan Tuhan, bukan kepada manusia atau kekuatan sendiri.
Kalau Saudara lakukan ini, hidupmu akan berbahagia! Saudara akan mengalami damai sejahtera yang luar biasa.

Kalau Saudara hidup menurut Firman Tuhan maka hidup Saudara akan seperti yang tertulis dalam Yesaya 48:18,
“Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti,…”
Ada berapa banyak yang mau di tahun 2019 hidupnya bahagia dan penuh dengan damai sejahtera? Saya percaya semua pasti mau. Amin!

“DAMAILAH INDONESIAKU!”
Pada tanggal 17 April 2019, Bangsa Indonesia akan memasuki satu masa yang penting, karena pada tanggal tersebut akan diadakan Pilpres dan Pileg serentak. Ini adalah tahun politik, dimana hari-hari ini suhu politik semakin hari semakin memanas.
Pada tanggal 21-25 Januari 2019 yang lalu, pada sebuah konferensi yang diadakan di SICC, ada seorang hamba Tuhan yang bernama Yanira. Dia adalah orang dari International Prayer Council, Amerika Selatan yang tinggal di Amerika Serikat. Pada tanggal 21 Januari 2019, kami menjadwalkan untuk mengadakan pertemuan, sehingga pada tanggal 20 Januari malamnya Yanira harus menginap di Hotel Alana. Saat itu tiba-tiba Yanira bermimpi, dia melihat Indonesia dari sebuah menara kaca yang indah. Pada waktu dia sedang menikmati keindahan Indonesia tiba-tiba dia melihat ada awan gelap dan gelombang besar yang siap menerpa Indonesia. Kemudian dia melihat ke kanan, ternyata dia melihat Cindy Jacob yang adalah temannya itu sedang berada di sebuah gunung yang tinggi dan duduk di sebuah bangku hijau, sambil merenungkan kebaikan Tuhan untuk Indonesia. Pada waktu itu dia melihat tiba-tiba Cindy Jacob datang kepadanya dalam mimpi itu dan berkata, “Peran dan tugas Indonesia itu adalah untuk akhir zaman!” Dan dia kemudian melihat kepada awan gelap dan ombak yang sedang datang untuk menyapu Indonesia dan berkata begini, “Ombak dan awan gelap ini akan berhenti jika ada kesatuan hati.”
Pesan ini disampaikan kepada saya pada tanggal 21 Januari, saat kami sedang berkumpul di sana yaitu dari JDN, My Home, TCI dan saya, memang kita sudah melihat bahwa Indonesia sedang mengalami hal yang seperti itu. Apa yang harus kita lakukan? Dan Tuhan sudah memberikan petunjuk yaitu harus ada kesatuan hati, harus ada unity di antara gereja-gereja, bersatu untuk berdoa dan inilah saatnya!
Kemudian kita mulai mencari wajah Tuhan dan akhirnya Tuhan mulai memberikan sesuatu yang luar biasa yaitu nanti tanggal 07 Maret yang jatuh pada hari Kamis yang kebetulan adalah hari libur, di SICC itu akan diadakan doa dari pukul 13.00 – 19.00 WIB. Dan Tuhan secara khusus sudah perintahkan bahwa yang harus banyak datang adalah anak-anak muda! Para orang tua juga boleh datang sebab kalau tidak boleh datang berarti saya tidak ada di sana juga. Nanti pukul 13.00 – 17.00 WIB kita akan berdoa seperti yang biasa kita lakukan, kemudian nanti mulai pukul 17.00 – 19.00 WIB, aras-aras Nasional akan datang untuk menyampaikan sesuatu dan berdoa bersama-sama termasuk saya juga akan menyampaikan sesuatu di sana. Dan ini akan bersama-sama dengan sekitar 500 kota dan kabupaten.
Ini merupakan sejarah yang belum pernah terjadi. Pada waktu tahun 2003 – 2005 yang bertema transformasi itu tidak seperti ini. Memang kita sama melakukan yang seperti ini tetapi jumlah kota dan kabupaten yang ikut serta tidak sebanyak ini. Dan saya tahu ada sesuatu yang luar biasa yang akan terjadi! Saudara, perhatikan! Ini yang saya lihat selama bertahun-tahun melayani, kalau ada sesuatu yang Tuhan perlihatkan dan kita melakukan apa yang Tuhan kehendaki, saya percaya Indonesia aman dan damai. Sebab tema-nya adalah, “Damailah Indonesiaku!”

Saudara, yang luar biasanya dari kemarin pendaftaran sudah mulai dibuka, ada yang secara online dan sebagainya, sampai kemarin yang akan hadir nanti sudah sekitar 14.000 orang dan ini akan terus bertambah. Yang pastinya tempat ini tidak akan muat, tetapi saya berkata, “Tidak apa-apa biar di luar-luar pun tidak apa-apa.” Tahukah Saudara bahwa hari Minggu yang lalu Pak Jokowi berada di SICC dan yang datang itu lebih dari 20.000 orang. Saya bertanya, “Bagaimana caranya?” Panitia menjawab, “Oh itu di luar, Pak. Mereka di tenda-tenda di luar.” Jadi ini nanti bisa sama seperti itu. Wow! Tapi kita akan berdoa dan berdoa untuk Indonesia, “Damailah Indonesiaku! Damailah Indonesiaku!” Apakah Saudara mau ikut ke sana? Kalau yang tidak ikut pun tetap berdoa! Apakah Saudara mau berdoa? Amin! Kita akan terus berdoa sampai tanggal 17 April bahkan sampai selesainya seluruh proses pemilihan tersebut. Doakan, doakan dan doakan karena sudah diperlihatkan seperti itu dan ini tidak main-main! Ini masanya kita berdoa! Saudara, yang penting adalah kesatuan hati. UNITY!

Saudara, kalau saya ingat mengenai UNITY, saya akan ceritakan pengalaman di tahun 2002. Jadi Ibu Briggita, salah satu pendoa syafaat di tempat kita mendapat penglihatan dimana saya sedang memakai jas seperti ini ada di sebuah stasiun kereta api. Tiba-tiba ada suara yang berkata, “Change destination! Change destination!”
Hal itu disampaikan kepada saya dan saya jawab, “Wah, ini pasti ada perubahan dalam pelayanan saya.” Sebab saya memakai jas itu artinya saya dalam pelayanan. Di tengah-tengah saya bertanya-tanya, “Ada apa ya? Ada apa ya?”, tiba-tiba kemuliaan Tuhan seperti yang terdapat dalam Yohanes 17 dimana Tuhan Yesus berkata bahwa kemuliaan Tuhan yang akan membuat kita menjadi satu itu turun ke atas saya. Setelah itu, saya mengalami tekanan yang luar biasa. Saya bertanya, “Tuhan, ini ada apa, Tuhan? Saya tidak tahan…saya tidak kuat! Ini ada apa?” Tuhan berkata, “Niko, selama ini kamu sombong!” Mendengar itu saya menjadi kaget! “Kamu arogan!” Waduh, saya tidak merasa sombong! Memang orang tidak akan merasa sombong, kalau diberitahu orang lain baru tahu kalau kita itu sombong. Itu Tuhan yang bicara!
Saya tidak mau berdebat dengan Tuhan, saya sudah tahu bahwa saya pasti sombong dan arogan. “Ampuni Tuhan…ampuni!”, karena saya merasa dipakai Tuhan luar biasa pada waktu itu, tetapi saya sombong. Saya kembali bertanya kepada Tuhan, “Tuhan, apa yang harus saya buat?” Tuhan menjawab, “Dua hal yang harus kamu buat, yang pertama: Turunkan nama gerejamu! (wah, itu yang dibangga-banggakan!) Yang kedua, kamu datang ke gereja-gereja, ke hamba-hamba Tuhan lain, kamu minta maaf sama mereka!” Saudara, 2 hal ini saya lakukan dengan segenap hati saya. Saudara tahu, saya minta maaf pada gereja-gereja lain itu tidak mudah! Sebab ini adalah gereja besar dan saya harus datang ke gereja kecil-kecil dan dalam pertemuan-pertemuan seperti ini kalau ada hamba-hamba Tuhan yang melihat saya dengan sinis dan saya harus meminta maaf kepada mereka. Ini bertahun-tahun saya lakukan dan sekarang sudah selesai dimana saya sudah merasa bahagia sekarang karena mereka sudah memaafkan saya. Tetapi itu tidak mudah! Saudara, di tengah-tengah yang seperti itu apa yang terjadi? Tiba-tiba terjadi rekonsiliasi di antara hamba-hamba Tuhan gereja-gereja di Indonesia. Bukan antara mereka dengan saya saja, tetapi terjadi juga rekonsiliasi di antara mereka. Roh persatuan dan kesatuan turun ke atas Indonesia dan tiba-tiba di tengah-tengah itu Roh doa turun di Indonesia.

Dan kalau saya ingat pada waktu itu kita berdoa bergandengan-tangan di antara gereja-gereja dimana pada tahun 2003 ada yang namanya National Prayer Conference (NPC) yang belum pernah terjadi sebelumnya dan di dalam sejarah pun belum pernah terjadi. Itu diadakan di Gelora Bung Karno (GBK) dimana kita berdoa bersama-sama dengan ratusan kota yang juga ikut. Kemudian setelah itu kita terus berdoa dan saya ingat di tengah-tengah itu saya sakit alergi sampai saya harus ke dokter. Dan dokter berkata, “Wah, Anda ini alergi. Anda tidak boleh makan ini, tidak boleh makan itu…”. Waduh, ko’ banyak sekali yang tidak boleh dimakan. Waktu itu saya ingin makan soto, lalu dibuatkan soto tetapi rasanya seperti sayur asam, misalnya. Karena bumbunya banyak yang tidak boleh saya makan, jadi saya makan makanan yang tidak enak terus. Lalu saya bertanya, “Tuhan, saya ini kenapa ya, Tuhan?” Tiba-tiba Tuhan berkata begini, “Kamu sebetulnya sedang puasa Daniel.”
Puasa Daniel itu artinya makan sesuatu yang tidak enak. Jadi kalau puasa Daniel itu Saudara hanya tidak makan daging dan hanya makan sayur saja, padahal kesukaan Saudara adalah makan sayur, itu bukan puasa Daniel! Dan banyak orang yang salah pengertian tentang puasa Daniel. Karena puasa Daniel artinya makan sesuatu yang tidak enak. Dan itulah yang dilakukan oleh Daniel! Setelah 21 hari Daniel berpuasa, malaikat Tuhan datang kepadanya dan berkata, “Aku datang untuk memberitahu kepadamu apa yang akan terjadi pada bangsamu pada hari-hari terakhir. Sebab penglihatan ini mengenai keadaan itu.” Inilah yang dipuasakan Daniel, dia ingin tahu apa yang akan terjadi.
Demikian juga dengan saya dimana saya masuk puasa Daniel dan saya tahu Tuhan akan berbicara kepada saya apa yang akan terjadi pada bangsa Indonesia pada hari-hari selanjutnya. Dan itu benar! Suatu hari saya sedang menonton video dari transformasi. Saya sudah beberapa kali menonton video itu, tetapi tiba-tiba kali ini saya menangis, “Tuhan, ini ada apa ya Tuhan?” Tiba-tiba Tuhan berkata, “Indonesia….Indonesia akan mengalami transformasi!” WOW! Itu saya ingat di tahun 2003 dan setelah itu saya mulai perkatakan, “Indonesia akan mengalami transformasi!” dan ternyata ada beberapa hamba Tuhan yang juga mendapatkan hal yang sama. Kemudian kita bersama-sama perkatakan, “TRANSFORMASI! TRANSFORMASI! INDONESIA AKAN MENGALAMI TRANSFORMASI!” Kita semua senang, namun ketika ditanya apa itu transformasi? Tidak ada yang tahu! Yang kita tahu itu tentang perubahan, tetapi perubahan yang bagaimana itu kita tidak tahu.
Sama seperti Pentakosta yang Ketiga yang sering saya katakan, kita tidak tahu tetapi pokoknya jika Tuhan berkata, saya percaya dan saya perkatakan. Dan itulah yang terjadi! Lama-lama kita menjadi mengerti dan tahukah Saudara apa yang terjadi? Di tengah-tengah kita bersukacita berdoa bersama-sama dengan gereja-gereja lain dan memperkatakan “transformasi untuk Indonesia!”, tanggal 26 Desember 2004 kita dikejutkan dengan berita Aceh yang dilanda Tsunami. Jumlah orang yang meninggal bukan main banyaknya; ada lebih dari 200.000 orang! “Lho, katanya transformasi? Ko’ bisa begini?”, lalu tiba-tiba terjadi bencana alam seperti gempa bumi di Yogya dan sebagainya terjadi dimana-mana dan orang-orang miskin bertambah banyak. Saya bertanya, “Lho Tuhan, katanya transformasi. Ko’ begini Tuhan?” Tuhan tidak menjawab! Tetapi di tengah-tengah itu kita melihat banyak orang yang bertobat!

Pada tahun 2006 saya diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk mulai melayani Healing Movement Ministry dan saya melihat pada waktu itu bagaimana orang-orang bertobat. Dan saya mau memberitahukan bahwa memang sejak itu Indonesia mengalami transformasi. Salah satu data pertamanya adalah pada tahun 2005 beberapa orang dari kita membaca sebuah buku karangan Jared Diamond yang berjudul “Collapse”. Di situ diuraikan bahwa ada 5 parameter tentang suatu negara. Kalau suatu negara itu cocok dengan 5 parameter tersebut berarti negara itu ambruk! Dan hal itu dicocokkan dengan keadaan Indonesia dan ternyata kelima parameter itu masuk di Indonesia, jadi berarti tahun 2005 sebetulnya Indonesia itu ambruk! Namun kenapa ko’ tidak ambruk? Sebab ada kesatuan hati dimana gereja-gereja berdoa dan itu jelas! Dan Saudara, saya mau beritahu bahwa ekonomi Indonesia itu membaik. Ketika saya berkeliling, saya tidak pernah mengira bahwa ditempat-tempat yang ‘sulit’, yang menjadi kepala pemerintahannya adalah anak-anak Tuhan yang sungguh-sungguh! Hal seperti itu belum pernah terjadi sebelumya. Saya bisa berkata demikian, karena saya melihat dengan mata sendiri. Saudara, itu luar biasa! Indonesia mengalami transformasi dan itu benar, mengapa? Karena ada kesatuan hati dari gereja-gereja Tuhan. Sama dengan hari ini, Tuhan minta ada kesatuan hati. Untuk apa? Yang pertama, “Damailah Indonesiaku!” dan yang lebih daripada itu saya tahu sekarang ini kita berdoa untuk Pentakosta Ketiga. Amin!

Saudara, kemarin di SICC para pelayan jemaat berkumpul dan sekalian merayakan ulang tahun saya. Dan saya belum pernah mengalami yang seperti kemarin, karena kemarin itu saya diwawancara. Jadi, ada survey di Instagram, Youtube dan Facebook tentang bagaimana ke depannya di tahun 2019 apa yang Anda inginkan? Ternyata yang menjadi ranking 1 itu minta supaya Opa Niko khotbah dan menceritakan tentang hidupnya. Lalu yang nomor dua dan seterusnya tentang pengajaran, praise & worship dan sebagainya. Jadi berdasarkan itu kemarin diadakan semacam talk-show. Yang mewawancarai saya itu seorang anak Milenial.

Dan sebulan sebelumnya dibuka, “Ayo, yang mau tanya silakan bertanya.” Nah, salah satu pertanyaan yang diajukan kepada saya kemarin, “Opa, mulai dari dulu suaranya tidak berubah, bisa tetap tinggi itu apa sih rahasianya Opa bisa begitu?” Saya jawab, “Opa itu menyanyi untuk Tuhan Yesus bukan untuk manusia.” Itu yang nomor satu! Saudara, saya memuji dan menyanyi untuk Tuhan itu setiap hari. Pagi hari sebelum saya bersama dengan Ibu Hermin, saya pegang gitar dan saya pasti bernyanyi untuk Tuhan. Kemudian setiap kali saya ada di kantor, saya pasti masuk menara doa dan disitu saya menyanyi untuk Tuhan. Dan kalau Pastor Message dan TV Program, kadang-kadang saya menyanyi 10 lagu untuk TV Program. Saya bilang, “Ko’ seperti rekaman saja?” Tetapi saya menyanyi sejak dulu itu adalah untuk Tuhan dan bukan untuk menyenangkan manusia, dari situlah ditransfer oleh Tuhan Yesus untuk Saudara. Jadi dari saya ke Tuhan dan dari Tuhan ke Saudara.

Kalau Saudara hidup menurut Firman Tuhan, engkau akan berbahagia. Yeremia 29:11 berkata,
“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”

Pesan ini ditujukan kepada bangsa Israel dalam pembuangan di Babel, saat mereka dalam keadaan yang tidak enak. Bayangkan, orang yang dibuang itu bagaimana? Paling tidak enak! Dia seperti menjadi budak dan macam-macam lainnya, pokoknya ini adalah orang kelas 2 atau kelas 3. Tetapi apa kata Tuhan? “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu,…(hai kamu yang sekarang dalam keadaan tertekan, punya masalah dan macam-macam lainnya) demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”

Saudara, saya punya pengalaman dengan ayat ini. Saya pada waktu dipanggil oleh Tuhan untuk menjadi hamba Tuhan itu saya menolak. Saya waktu itu pernah jadi pengusaha, dibilang kaya juga tidak karena saya biasa-biasa saja. Tetapi pernah pada waktu Tuhan panggil saya untuk menjadi hamba Tuhan, saya menolak. Mengapa? Sebab saya takut miskin kalau jadi hamba Tuhan. Konotasi dalam pikiran saya yang namanya pendeta itu miskin. Sebab saya melihat ibu saya waktu itu sering menampung pendeta-pendeta dari desa yang notabene memang miskin. Saya bilang, “Kalau saya jadi Pendeta, saya akan miskin seperti itu! Saya tidak sanggup!”
Tetapi apa yang terjadi? Yang kau takutkan, itu yang terjadi! Apa yang saya kerjakan tiba-tiba hancur saja dalam tempo hanya beberapa bulan. Pokoknya pekerjaan saya habis semua! Saya mengalami apa yang disebut dengan, “Ludes…des…”. ‘Des’ pertama artinya habis dan ‘des’ yang kedua ditambah hutang. Saudara, kalau saya dengar “Ludes…des” ini saya ingat Tommy Smith. Saya kadang-kadang menyaksikan ini di Amerika Serikat dan dia yang menterjemahkan saya, begitu ngomong “Ludes…des”, dia bingung apa bahasa Inggrisnya! Tetapi dia langsung menyebutkan, “The first ‘des’…and the second ‘des’…”, jadi orang di sana itu tertawa sebab mau diterjemahkan apa kata ludes itu. Nah Saudara, itulah keadaan saya dan saya ingat itu pada waktu saya berumur 36 tahun. Saya bilang, “Waduh, katanya life begins at 40…lha saya ini mau dekat 40 ko’ malah hancur tidak karu-karuan!” Waktu itu saya betul-betul merasakan seperti orang Israel yang dibuang di Babel. Saya tidak tahu rancangan apa, Tuhan itu mau apa? Ternyata Tuhan itu memanggil saya. Dan di tengah-tengah keadaan seperti itu saya bertanya kepada Tuhan, “Tuhan, saya berharap kepada Tuhan. Kenapa saya, Tuhan?”
Saya ingat pada waktu saya dalam keadaan seperti itu di Surabaya, ketika saya berada di sebuah kebaktian saya duduk paling belakang. Saya ingat waktu itu adalah kebaktian Bob Palmer dari Amerika. Tiba-tiba di tengah-tengah khotbahnya dia turun bersama penerjemahnya. Saya pikir dia mau kemana, ternyata dia menuju ke belakang, yaitu kepada saya. Saya bersama Ibu Hermin ditumpangi tangan, “Pintu Sorga sudah terbuka bagimu!” Wah, Haleluya! Saya senangnya luar biasa, Saudara tahu kapan saya merasakan pintu sorga mulai terbuka? Setelah 4 tahun! Saya waktu itu hampir tidak tahan, tetapi pada waktu itulah tiba-tiba Tuhan berkata kepada saya, “Niko, dalam keadaan seperti ini engkau harus banyak mengucap syukur.” Di situ saya menangis, saya tidak tahan dan tidak kuat, lalu keluarlah lagu ini,

S’gala puji syukur hanya bagi-Mu, Tuhan.
Sebab Kau yang layak dipuja.
Kami mau bersorak tinggikan nama-Mu. Haleluya!
Soraklah haleluya, soraklah haleluya. Haleluya!

Awalnya lagu ini dinyanyikan dengan tempo lambat, mengapa? Karena saya menyanyikannya sambil menangis. Tetapi sekarang kalau Saudara menyanyikannya pasti tidak sambil menangis, melainkan dengan sukacita, namun asalnya adalah seperti itu. Saya katakan memang satu lagu itu punya satu history atau satu kisah dan ini adalah lagu yang paling dikenal di Jepang, Taiwan, RRC dan dimana-mana. Sampai saya baru-baru ini dengar di Australia ketika ada doa di Melbourne bersama dengan Gubernur di sana, tiba-tiba yang diberikan untuk memimpin doa itu adalah orang China dan dia menyanyikan lagu ini.

Saudara, itulah keadaan saya waktu itu tetapi kalau saya melihat keadaan saya sekarang ini, saya baru berkata, “Amin! Aku tahu sekarang (dulu belum tahu)…aku tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu, enak maupun tidak enak untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia dan yang terpanggil sesuai rencana Allah.” Saya tidak tahu keadaan Saudara, mungkin ada di antara Saudara seperti keadaan orang Israel waktu dibuang ke Babel, mungkin keadaan Saudara seperti yang saya alami atau mungkin lebih berat, tetapi dengar baik-baik, “Aku tahu tahu rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, yaitu bukan rancangan kecelakaan, tetapi rancangan yang akan membawa damai sejahtera yang akan memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”

Dan Saudara, dalam keadaan Saudara yang mungkin belum dijawab oleh Tuhan, Saudara jangan mengeluh, “Waduh, gimana saya ini?”, tetapi Saudara harus berkata begini, “Oleh karena kemurahan Tuhan, ku ada sampai hari ini….” Meskipun keadaan Saudara tidak enak Saudara harus bersyukur, “Oleh kemurahan-Mu, Tuhan sebab saya tahu di depan ini ada sesuatu yang indah yang Kau sediakan pada saya, sesuatu yang luar biasa karena saya ini mengasihi Engkau, Tuhan.” Jadi kalau keadaanmu tidak enak saat ini, Saudara harus tetap menyanyikan ini,
“Oleh karena kemurahan Tuhan, ku ada sampai hari ini.
Oleh karena kebaikan Tuhan, janji-Mu terjadi bagi-Ku.
Aku percaya berkat-Mu atasku melimpah.
Kebajikan, kemurahan selalu mengikutiku, kupuji, kusembah Kau Tuhan!’



Khotbah Bapak Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo
JCC – 3 Maret 2019
 

BACK..