“RANCANGAN TUHAN ADALAH HARI DEPAN YANG PENUH HARAPAN!”
Shalom Saudara yang dikasihi Tuhan,
Waktu berjalan begitu cepat, dengan tidak terasa saya
sudah memasuki usia ‘baru’ 70 tahun. Biasanya orang yang
memasuki usia mulai angka 70 itu mulai agak gelisah
hidupnya, mengapa? Sebab mereka pasti ingat apa yang
dikatakan oleh Musa, yaitu:
“Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat,
delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran
dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami
melayang lenyap.” Mazmur 90:10
Ini Musa yang berbicara, tetapi yang luar biasa Musa
sendiri dipanggil Tuhan pada usia 120 tahun. Haleluya!
Dalam Kejadian 6:3 dikatakan, “Berfirmanlah TUHAN:
“Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam
manusia, karena manusia itu adalah daging, tetapi
umurnya akan seratus dua puluh tahun saja.”
Dan ayat ini digenapi oleh Musa.
Musa mulai dipakai oleh Tuhan untuk membawa bangsa
Israel keluar dari Mesir pada usia 80 tahun. Dan jika
saya hitung-hitung saya dapat tugas dari Tuhan sebagai
‘messenger’ dari Pentakosta Ketiga pada umur 70 tahun.
Kemarin saya katakan kepada anak-anak muda di MDPJ, “Hai
anak-anak muda, jangan kuatir! Opa masih lama! Opa akan
sama-sama kamu!” Haleluya! Saya tahu saya masih lama
karena saya mengemban satu tugas dari Tuhan seperti
Musa, ngomongnya 70 – 80 tahun tetapi 80 tahun baru
dipakai. Atau mungkin itu adalah masuk dalam musim yang
baru, jadi yang 70 tahun itu selesai dan setelah itu
masuk musim yang baru. Sedari tadi kita berbicara
tentang Musa, Saudara mungkin belum tahu karena saya
belum pernah bilang bahwa nama baptis saya adalah Moses.
Haleluya!
“Tahun 2019 adalah Tahun Kelahiran yang Baru!” Saya
ingatkan kepada Saudara, memasuki tahun 2019 Tuhan
berkata, “Lakukan 3 hal ini!”:
1. Hidup menurut Firman Tuhan
2. Banyak berdoa, memuji dan menyembah Tuhan dalam unity
siang dan malam.
3. Berharap dan hanya mengandalkan Tuhan, bukan kepada
manusia atau kekuatan sendiri.
Kalau Saudara lakukan ini, hidupmu akan berbahagia!
Saudara akan mengalami damai sejahtera yang luar biasa.
Kalau Saudara hidup menurut Firman Tuhan maka hidup
Saudara akan seperti yang tertulis dalam Yesaya 48:18,
“Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku,
maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak
pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah
seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah
berhenti,…”
Ada berapa banyak yang mau di tahun 2019 hidupnya
bahagia dan penuh dengan damai sejahtera? Saya percaya
semua pasti mau. Amin!
“DAMAILAH INDONESIAKU!”
Pada tanggal 17 April 2019, Bangsa Indonesia akan
memasuki satu masa yang penting, karena pada tanggal
tersebut akan diadakan Pilpres dan Pileg serentak. Ini
adalah tahun politik, dimana hari-hari ini suhu politik
semakin hari semakin memanas.
Pada tanggal 21-25 Januari 2019 yang lalu, pada sebuah
konferensi yang diadakan di SICC, ada seorang hamba
Tuhan yang bernama Yanira. Dia adalah orang dari
International Prayer Council, Amerika Selatan yang
tinggal di Amerika Serikat. Pada tanggal 21 Januari
2019, kami menjadwalkan untuk mengadakan pertemuan,
sehingga pada tanggal 20 Januari malamnya Yanira harus
menginap di Hotel Alana. Saat itu tiba-tiba Yanira
bermimpi, dia melihat Indonesia dari sebuah menara kaca
yang indah. Pada waktu dia sedang menikmati keindahan
Indonesia tiba-tiba dia melihat ada awan gelap dan
gelombang besar yang siap menerpa Indonesia. Kemudian
dia melihat ke kanan, ternyata dia melihat Cindy Jacob
yang adalah temannya itu sedang berada di sebuah gunung
yang tinggi dan duduk di sebuah bangku hijau, sambil
merenungkan kebaikan Tuhan untuk Indonesia. Pada waktu
itu dia melihat tiba-tiba Cindy Jacob datang kepadanya
dalam mimpi itu dan berkata, “Peran dan tugas Indonesia
itu adalah untuk akhir zaman!” Dan dia kemudian melihat
kepada awan gelap dan ombak yang sedang datang untuk
menyapu Indonesia dan berkata begini, “Ombak dan awan
gelap ini akan berhenti jika ada kesatuan hati.”
Pesan ini disampaikan kepada saya pada tanggal 21
Januari, saat kami sedang berkumpul di sana yaitu dari
JDN, My Home, TCI dan saya, memang kita sudah melihat
bahwa Indonesia sedang mengalami hal yang seperti itu.
Apa yang harus kita lakukan? Dan Tuhan sudah memberikan
petunjuk yaitu harus ada kesatuan hati, harus ada unity
di antara gereja-gereja, bersatu untuk berdoa dan inilah
saatnya!
Kemudian kita mulai mencari wajah Tuhan dan akhirnya
Tuhan mulai memberikan sesuatu yang luar biasa yaitu
nanti tanggal 07 Maret yang jatuh pada hari Kamis yang
kebetulan adalah hari libur, di SICC itu akan diadakan
doa dari pukul 13.00 – 19.00 WIB. Dan Tuhan secara
khusus sudah perintahkan bahwa yang harus banyak datang
adalah anak-anak muda! Para orang tua juga boleh datang
sebab kalau tidak boleh datang berarti saya tidak ada di
sana juga. Nanti pukul 13.00 – 17.00 WIB kita akan
berdoa seperti yang biasa kita lakukan, kemudian nanti
mulai pukul 17.00 – 19.00 WIB, aras-aras Nasional akan
datang untuk menyampaikan sesuatu dan berdoa
bersama-sama termasuk saya juga akan menyampaikan
sesuatu di sana. Dan ini akan bersama-sama dengan
sekitar 500 kota dan kabupaten.
Ini merupakan sejarah yang belum pernah terjadi. Pada
waktu tahun 2003 – 2005 yang bertema transformasi itu
tidak seperti ini. Memang kita sama melakukan yang
seperti ini tetapi jumlah kota dan kabupaten yang ikut
serta tidak sebanyak ini. Dan saya tahu ada sesuatu yang
luar biasa yang akan terjadi! Saudara, perhatikan! Ini
yang saya lihat selama bertahun-tahun melayani, kalau
ada sesuatu yang Tuhan perlihatkan dan kita melakukan
apa yang Tuhan kehendaki, saya percaya Indonesia aman
dan damai. Sebab tema-nya adalah, “Damailah Indonesiaku!”
Saudara, yang luar biasanya dari kemarin pendaftaran
sudah mulai dibuka, ada yang secara online dan
sebagainya, sampai kemarin yang akan hadir nanti sudah
sekitar 14.000 orang dan ini akan terus bertambah. Yang
pastinya tempat ini tidak akan muat, tetapi saya berkata,
“Tidak apa-apa biar di luar-luar pun tidak apa-apa.”
Tahukah Saudara bahwa hari Minggu yang lalu Pak Jokowi
berada di SICC dan yang datang itu lebih dari 20.000
orang. Saya bertanya, “Bagaimana caranya?” Panitia
menjawab, “Oh itu di luar, Pak. Mereka di tenda-tenda di
luar.” Jadi ini nanti bisa sama seperti itu. Wow! Tapi
kita akan berdoa dan berdoa untuk Indonesia, “Damailah
Indonesiaku! Damailah Indonesiaku!” Apakah Saudara mau
ikut ke sana? Kalau yang tidak ikut pun tetap berdoa!
Apakah Saudara mau berdoa? Amin! Kita akan terus berdoa
sampai tanggal 17 April bahkan sampai selesainya seluruh
proses pemilihan tersebut. Doakan, doakan dan doakan
karena sudah diperlihatkan seperti itu dan ini tidak
main-main! Ini masanya kita berdoa! Saudara, yang
penting adalah kesatuan hati. UNITY!
Saudara, kalau saya ingat mengenai UNITY, saya akan
ceritakan pengalaman di tahun 2002. Jadi Ibu Briggita,
salah satu pendoa syafaat di tempat kita mendapat
penglihatan dimana saya sedang memakai jas seperti ini
ada di sebuah stasiun kereta api. Tiba-tiba ada suara
yang berkata, “Change destination! Change destination!”
Hal itu disampaikan kepada saya dan saya jawab, “Wah,
ini pasti ada perubahan dalam pelayanan saya.” Sebab
saya memakai jas itu artinya saya dalam pelayanan. Di
tengah-tengah saya bertanya-tanya, “Ada apa ya? Ada apa
ya?”, tiba-tiba kemuliaan Tuhan seperti yang terdapat
dalam Yohanes 17 dimana Tuhan Yesus berkata bahwa
kemuliaan Tuhan yang akan membuat kita menjadi satu itu
turun ke atas saya. Setelah itu, saya mengalami tekanan
yang luar biasa. Saya bertanya, “Tuhan, ini ada apa,
Tuhan? Saya tidak tahan…saya tidak kuat! Ini ada apa?”
Tuhan berkata, “Niko, selama ini kamu sombong!”
Mendengar itu saya menjadi kaget! “Kamu arogan!” Waduh,
saya tidak merasa sombong! Memang orang tidak akan
merasa sombong, kalau diberitahu orang lain baru tahu
kalau kita itu sombong. Itu Tuhan yang bicara!
Saya tidak mau berdebat dengan Tuhan, saya sudah tahu
bahwa saya pasti sombong dan arogan. “Ampuni Tuhan…ampuni!”,
karena saya merasa dipakai Tuhan luar biasa pada waktu
itu, tetapi saya sombong. Saya kembali bertanya kepada
Tuhan, “Tuhan, apa yang harus saya buat?” Tuhan menjawab,
“Dua hal yang harus kamu buat, yang pertama: Turunkan
nama gerejamu! (wah, itu yang dibangga-banggakan!) Yang
kedua, kamu datang ke gereja-gereja, ke hamba-hamba
Tuhan lain, kamu minta maaf sama mereka!” Saudara, 2 hal
ini saya lakukan dengan segenap hati saya. Saudara tahu,
saya minta maaf pada gereja-gereja lain itu tidak mudah!
Sebab ini adalah gereja besar dan saya harus datang ke
gereja kecil-kecil dan dalam pertemuan-pertemuan seperti
ini kalau ada hamba-hamba Tuhan yang melihat saya dengan
sinis dan saya harus meminta maaf kepada mereka. Ini
bertahun-tahun saya lakukan dan sekarang sudah selesai
dimana saya sudah merasa bahagia sekarang karena mereka
sudah memaafkan saya. Tetapi itu tidak mudah! Saudara,
di tengah-tengah yang seperti itu apa yang terjadi?
Tiba-tiba terjadi rekonsiliasi di antara hamba-hamba
Tuhan gereja-gereja di Indonesia. Bukan antara mereka
dengan saya saja, tetapi terjadi juga rekonsiliasi di
antara mereka. Roh persatuan dan kesatuan turun ke atas
Indonesia dan tiba-tiba di tengah-tengah itu Roh doa
turun di Indonesia.
Dan kalau saya ingat pada waktu itu kita berdoa
bergandengan-tangan di antara gereja-gereja dimana pada
tahun 2003 ada yang namanya National Prayer Conference
(NPC) yang belum pernah terjadi sebelumnya dan di dalam
sejarah pun belum pernah terjadi. Itu diadakan di Gelora
Bung Karno (GBK) dimana kita berdoa bersama-sama dengan
ratusan kota yang juga ikut. Kemudian setelah itu kita
terus berdoa dan saya ingat di tengah-tengah itu saya
sakit alergi sampai saya harus ke dokter. Dan dokter
berkata, “Wah, Anda ini alergi. Anda tidak boleh makan
ini, tidak boleh makan itu…”. Waduh, ko’ banyak sekali
yang tidak boleh dimakan. Waktu itu saya ingin makan
soto, lalu dibuatkan soto tetapi rasanya seperti sayur
asam, misalnya. Karena bumbunya banyak yang tidak boleh
saya makan, jadi saya makan makanan yang tidak enak
terus. Lalu saya bertanya, “Tuhan, saya ini kenapa ya,
Tuhan?” Tiba-tiba Tuhan berkata begini, “Kamu sebetulnya
sedang puasa Daniel.”
Puasa Daniel itu artinya makan sesuatu yang tidak enak.
Jadi kalau puasa Daniel itu Saudara hanya tidak makan
daging dan hanya makan sayur saja, padahal kesukaan
Saudara adalah makan sayur, itu bukan puasa Daniel! Dan
banyak orang yang salah pengertian tentang puasa Daniel.
Karena puasa Daniel artinya makan sesuatu yang tidak
enak. Dan itulah yang dilakukan oleh Daniel! Setelah 21
hari Daniel berpuasa, malaikat Tuhan datang kepadanya
dan berkata, “Aku datang untuk memberitahu kepadamu apa
yang akan terjadi pada bangsamu pada hari-hari terakhir.
Sebab penglihatan ini mengenai keadaan itu.” Inilah yang
dipuasakan Daniel, dia ingin tahu apa yang akan terjadi.
Demikian juga dengan saya dimana saya masuk puasa Daniel
dan saya tahu Tuhan akan berbicara kepada saya apa yang
akan terjadi pada bangsa Indonesia pada hari-hari
selanjutnya. Dan itu benar! Suatu hari saya sedang
menonton video dari transformasi. Saya sudah beberapa
kali menonton video itu, tetapi tiba-tiba kali ini saya
menangis, “Tuhan, ini ada apa ya Tuhan?” Tiba-tiba Tuhan
berkata, “Indonesia….Indonesia akan mengalami
transformasi!” WOW! Itu saya ingat di tahun 2003 dan
setelah itu saya mulai perkatakan, “Indonesia akan
mengalami transformasi!” dan ternyata ada beberapa hamba
Tuhan yang juga mendapatkan hal yang sama. Kemudian kita
bersama-sama perkatakan, “TRANSFORMASI! TRANSFORMASI!
INDONESIA AKAN MENGALAMI TRANSFORMASI!” Kita semua
senang, namun ketika ditanya apa itu transformasi? Tidak
ada yang tahu! Yang kita tahu itu tentang perubahan,
tetapi perubahan yang bagaimana itu kita tidak tahu.
Sama seperti Pentakosta yang Ketiga yang sering saya
katakan, kita tidak tahu tetapi pokoknya jika Tuhan
berkata, saya percaya dan saya perkatakan. Dan itulah
yang terjadi! Lama-lama kita menjadi mengerti dan
tahukah Saudara apa yang terjadi? Di tengah-tengah kita
bersukacita berdoa bersama-sama dengan gereja-gereja
lain dan memperkatakan “transformasi untuk Indonesia!”,
tanggal 26 Desember 2004 kita dikejutkan dengan berita
Aceh yang dilanda Tsunami. Jumlah orang yang meninggal
bukan main banyaknya; ada lebih dari 200.000 orang!
“Lho, katanya transformasi? Ko’ bisa begini?”, lalu
tiba-tiba terjadi bencana alam seperti gempa bumi di
Yogya dan sebagainya terjadi dimana-mana dan orang-orang
miskin bertambah banyak. Saya bertanya, “Lho Tuhan,
katanya transformasi. Ko’ begini Tuhan?” Tuhan tidak
menjawab! Tetapi di tengah-tengah itu kita melihat
banyak orang yang bertobat!
Pada tahun 2006 saya diberikan kesempatan oleh Tuhan
untuk mulai melayani Healing Movement Ministry dan saya
melihat pada waktu itu bagaimana orang-orang bertobat.
Dan saya mau memberitahukan bahwa memang sejak itu
Indonesia mengalami transformasi. Salah satu data
pertamanya adalah pada tahun 2005 beberapa orang dari
kita membaca sebuah buku karangan Jared Diamond yang
berjudul “Collapse”. Di situ diuraikan bahwa ada 5
parameter tentang suatu negara. Kalau suatu negara itu
cocok dengan 5 parameter tersebut berarti negara itu
ambruk! Dan hal itu dicocokkan dengan keadaan Indonesia
dan ternyata kelima parameter itu masuk di Indonesia,
jadi berarti tahun 2005 sebetulnya Indonesia itu ambruk!
Namun kenapa ko’ tidak ambruk? Sebab ada kesatuan hati
dimana gereja-gereja berdoa dan itu jelas! Dan Saudara,
saya mau beritahu bahwa ekonomi Indonesia itu membaik.
Ketika saya berkeliling, saya tidak pernah mengira bahwa
ditempat-tempat yang ‘sulit’, yang menjadi kepala
pemerintahannya adalah anak-anak Tuhan yang
sungguh-sungguh! Hal seperti itu belum pernah terjadi
sebelumya. Saya bisa berkata demikian, karena saya
melihat dengan mata sendiri. Saudara, itu luar biasa!
Indonesia mengalami transformasi dan itu benar, mengapa?
Karena ada kesatuan hati dari gereja-gereja Tuhan. Sama
dengan hari ini, Tuhan minta ada kesatuan hati. Untuk
apa? Yang pertama, “Damailah Indonesiaku!” dan yang
lebih daripada itu saya tahu sekarang ini kita berdoa
untuk Pentakosta Ketiga. Amin!
Saudara, kemarin di SICC para pelayan jemaat berkumpul
dan sekalian merayakan ulang tahun saya. Dan saya belum
pernah mengalami yang seperti kemarin, karena kemarin
itu saya diwawancara. Jadi, ada survey di Instagram,
Youtube dan Facebook tentang bagaimana ke depannya di
tahun 2019 apa yang Anda inginkan? Ternyata yang menjadi
ranking 1 itu minta supaya Opa Niko khotbah dan
menceritakan tentang hidupnya. Lalu yang nomor dua dan
seterusnya tentang pengajaran, praise & worship dan
sebagainya. Jadi berdasarkan itu kemarin diadakan
semacam talk-show. Yang mewawancarai saya itu seorang
anak Milenial.
Dan sebulan sebelumnya dibuka, “Ayo, yang mau tanya
silakan bertanya.” Nah, salah satu pertanyaan yang
diajukan kepada saya kemarin, “Opa, mulai dari dulu
suaranya tidak berubah, bisa tetap tinggi itu apa sih
rahasianya Opa bisa begitu?” Saya jawab, “Opa itu
menyanyi untuk Tuhan Yesus bukan untuk manusia.” Itu
yang nomor satu! Saudara, saya memuji dan menyanyi untuk
Tuhan itu setiap hari. Pagi hari sebelum saya bersama
dengan Ibu Hermin, saya pegang gitar dan saya pasti
bernyanyi untuk Tuhan. Kemudian setiap kali saya ada di
kantor, saya pasti masuk menara doa dan disitu saya
menyanyi untuk Tuhan. Dan kalau Pastor Message dan TV
Program, kadang-kadang saya menyanyi 10 lagu untuk TV
Program. Saya bilang, “Ko’ seperti rekaman saja?” Tetapi
saya menyanyi sejak dulu itu adalah untuk Tuhan dan
bukan untuk menyenangkan manusia, dari situlah
ditransfer oleh Tuhan Yesus untuk Saudara. Jadi dari
saya ke Tuhan dan dari Tuhan ke Saudara.
Kalau Saudara hidup menurut Firman Tuhan, engkau akan
berbahagia. Yeremia 29:11 berkata,
“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang
ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN,
yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan
kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang
penuh harapan.”
Pesan ini ditujukan kepada bangsa Israel dalam
pembuangan di Babel, saat mereka dalam keadaan yang
tidak enak. Bayangkan, orang yang dibuang itu bagaimana?
Paling tidak enak! Dia seperti menjadi budak dan
macam-macam lainnya, pokoknya ini adalah orang kelas 2
atau kelas 3. Tetapi apa kata Tuhan? “Sebab Aku ini
mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku
mengenai kamu,…(hai kamu yang sekarang dalam keadaan
tertekan, punya masalah dan macam-macam lainnya)
demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai
sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk
memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”
Saudara, saya punya pengalaman dengan ayat ini. Saya
pada waktu dipanggil oleh Tuhan untuk menjadi hamba
Tuhan itu saya menolak. Saya waktu itu pernah jadi
pengusaha, dibilang kaya juga tidak karena saya
biasa-biasa saja. Tetapi pernah pada waktu Tuhan panggil
saya untuk menjadi hamba Tuhan, saya menolak. Mengapa?
Sebab saya takut miskin kalau jadi hamba Tuhan. Konotasi
dalam pikiran saya yang namanya pendeta itu miskin.
Sebab saya melihat ibu saya waktu itu sering menampung
pendeta-pendeta dari desa yang notabene memang miskin.
Saya bilang, “Kalau saya jadi Pendeta, saya akan miskin
seperti itu! Saya tidak sanggup!”
Tetapi apa yang terjadi? Yang kau takutkan, itu yang
terjadi! Apa yang saya kerjakan tiba-tiba hancur saja
dalam tempo hanya beberapa bulan. Pokoknya pekerjaan
saya habis semua! Saya mengalami apa yang disebut dengan,
“Ludes…des…”. ‘Des’ pertama artinya habis dan ‘des’ yang
kedua ditambah hutang. Saudara, kalau saya dengar
“Ludes…des” ini saya ingat Tommy Smith. Saya
kadang-kadang menyaksikan ini di Amerika Serikat dan dia
yang menterjemahkan saya, begitu ngomong “Ludes…des”,
dia bingung apa bahasa Inggrisnya! Tetapi dia langsung
menyebutkan, “The first ‘des’…and the second ‘des’…”,
jadi orang di sana itu tertawa sebab mau diterjemahkan
apa kata ludes itu. Nah Saudara, itulah keadaan saya dan
saya ingat itu pada waktu saya berumur 36 tahun. Saya
bilang, “Waduh, katanya life begins at 40…lha saya ini
mau dekat 40 ko’ malah hancur tidak karu-karuan!” Waktu
itu saya betul-betul merasakan seperti orang Israel yang
dibuang di Babel. Saya tidak tahu rancangan apa, Tuhan
itu mau apa? Ternyata Tuhan itu memanggil saya. Dan di
tengah-tengah keadaan seperti itu saya bertanya kepada
Tuhan, “Tuhan, saya berharap kepada Tuhan. Kenapa saya,
Tuhan?”
Saya ingat pada waktu saya dalam keadaan seperti itu di
Surabaya, ketika saya berada di sebuah kebaktian saya
duduk paling belakang. Saya ingat waktu itu adalah
kebaktian Bob Palmer dari Amerika. Tiba-tiba di
tengah-tengah khotbahnya dia turun bersama penerjemahnya.
Saya pikir dia mau kemana, ternyata dia menuju ke
belakang, yaitu kepada saya. Saya bersama Ibu Hermin
ditumpangi tangan, “Pintu Sorga sudah terbuka bagimu!”
Wah, Haleluya! Saya senangnya luar biasa, Saudara tahu
kapan saya merasakan pintu sorga mulai terbuka? Setelah
4 tahun! Saya waktu itu hampir tidak tahan, tetapi pada
waktu itulah tiba-tiba Tuhan berkata kepada saya, “Niko,
dalam keadaan seperti ini engkau harus banyak mengucap
syukur.” Di situ saya menangis, saya tidak tahan dan
tidak kuat, lalu keluarlah lagu ini,
S’gala puji syukur hanya bagi-Mu, Tuhan.
Sebab Kau yang layak dipuja.
Kami mau bersorak tinggikan nama-Mu. Haleluya!
Soraklah haleluya, soraklah haleluya. Haleluya!
Awalnya lagu ini dinyanyikan dengan tempo lambat,
mengapa? Karena saya menyanyikannya sambil menangis.
Tetapi sekarang kalau Saudara menyanyikannya pasti tidak
sambil menangis, melainkan dengan sukacita, namun
asalnya adalah seperti itu. Saya katakan memang satu
lagu itu punya satu history atau satu kisah dan ini
adalah lagu yang paling dikenal di Jepang, Taiwan, RRC
dan dimana-mana. Sampai saya baru-baru ini dengar di
Australia ketika ada doa di Melbourne bersama dengan
Gubernur di sana, tiba-tiba yang diberikan untuk
memimpin doa itu adalah orang China dan dia menyanyikan
lagu ini.
Saudara, itulah keadaan saya waktu itu tetapi kalau saya
melihat keadaan saya sekarang ini, saya baru berkata,
“Amin! Aku tahu sekarang (dulu belum tahu)…aku tahu
sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu,
enak maupun tidak enak untuk mendatangkan kebaikan bagi
mereka yang mengasihi Dia dan yang terpanggil sesuai
rencana Allah.” Saya tidak tahu keadaan Saudara, mungkin
ada di antara Saudara seperti keadaan orang Israel waktu
dibuang ke Babel, mungkin keadaan Saudara seperti yang
saya alami atau mungkin lebih berat, tetapi dengar
baik-baik, “Aku tahu tahu rancangan-rancangan apa yang
ada pada-Ku mengenai kamu, yaitu bukan rancangan
kecelakaan, tetapi rancangan yang akan membawa damai
sejahtera yang akan memberikan kepadamu hari depan yang
penuh harapan.”
Dan Saudara, dalam keadaan Saudara yang mungkin belum
dijawab oleh Tuhan, Saudara jangan mengeluh, “Waduh,
gimana saya ini?”, tetapi Saudara harus berkata begini,
“Oleh karena kemurahan Tuhan, ku ada sampai hari ini….”
Meskipun keadaan Saudara tidak enak Saudara harus
bersyukur, “Oleh kemurahan-Mu, Tuhan sebab saya tahu di
depan ini ada sesuatu yang indah yang Kau sediakan pada
saya, sesuatu yang luar biasa karena saya ini mengasihi
Engkau, Tuhan.” Jadi kalau keadaanmu tidak enak saat ini,
Saudara harus tetap menyanyikan ini,
“Oleh karena kemurahan Tuhan, ku ada sampai hari ini.
Oleh karena kebaikan Tuhan, janji-Mu terjadi bagi-Ku.
Aku percaya berkat-Mu atasku melimpah.
Kebajikan, kemurahan selalu mengikutiku, kupuji,
kusembah Kau Tuhan!’
Khotbah Bapak Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo
JCC – 3 Maret 2019