
RASUL PAULUS, PIALA KASIH KARUNIA
“Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu,
supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia
Allah, yang telah kamu terima. Sebab Allah berfirman:
“Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau,
dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong
engkau.” Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan
itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan
itu.” (2 Korintus 6:1-2)
Kehidupan Rasul Paulus adalah contoh nyata hasil karya
kasih karunia Allah di dalam kehidupan seseorang.
Seluruh kehidupannya, ia bertanya seperti raja Daud
bertanya kepada Tuhan, dan juga Pdt. Billy Graham, “Why
me, God..why do you choose me...?” Ketiga orang ini
tidak pernah mendapatkan jawaban yang memuaskan mengenai
alasan mendasar kenapa Allah memilih untuk memakai
kehidupan mereka, kecuali alasan ini; kedaulatan dan
kasih karunia Allah.
1. Kasih Karunia adalah tindakan Allah menutupi dan
mengampuni semua pelanggaran kita dimasa lalu.
Rasul Paulus sadar bahwa dirinya sangatlah tidak layak
untuk menerima pengampunan dari Tuhan, karena
kebenciannya yang membabi buta kepada jemaat Kristen.
Dua kali dalam 1 Korintus 15:9 dan Efesus 3:8 dia
berkata bahwa dia adalah yang paling hina dari antara
para rasul, dan dari antara orang orang kudus. Ia
mengemukakan sedikit di dalam 1 Timotius 1:13-16, bahwa
semua yang ia lakukan, ia lakukan karena
ketidaktahuannya akan iman, justru kepada orang berdosa
yang paling jahat seperti dialah, Kasih Karunia Allah
dinyatakan paling besar untuk menunjukkan hormat dan
kemuliaan Nama-Nya.
Di dalam konteks ini juga, ia menasihatkan jemaat di
Korintus bahwa karena telah tersedia Kasih Karunia Allah
bagi mereka untuk mengampuni semua dosa dan kesalahan
mereka, janganlah mereka MENYIA-NYIAKAN KASIH KARUNIA
ALLAH dengan cara TETAP HIDUP DI DALAM GAYA HIDUP
MANUSIA LAMA mereka. Di dalam kitab Kisah Para Rasul
17:30, Paulus mengangkat konsep ini ke dalam konteks
yang lebih luas lagi, yaitu ia mengatakan bahwa di dalam
Kasih Karunia-Nya, Allah sabar terhadap segala suku
bangsa di dunia ini dan tidak lagi memandang kebodohan
yang mereka kerjakan saat mata mereka dibutakan oleh
ilah jaman ini. Itulah Kasih Karunia Allah. Ia
mengampuni, menutupi dan melupakan pelanggaran mereka.
Hal ini harus diresponi dengan cara meninggalkan
kehidupan yang lama dan hidup di dalam kehidupan yang
baru.
2. Kasih Karunia adalah tindakan Allah memampukan dan
memberi kekuatan untuk kita menggenapi panggilan kita di
masa kini.
Kehidupan kita yang baru di dalam Kristus adalah
kehidupan yang memiliki panggilan dan tujuan yang pasti.
Allah memanggil kita untuk mengerjakan suatu tugas yang
khusus yang ditetapkan bahkan sebelum kita dilahirkan
bahkan juga sebelum dunia ini dijadikan. Di dalam 1
Korintus 15:10-11 Rasul Paulus kembali mengulangi konsep
ini; bahwa ia tidak menyia-nyiakan kasih karunia Allah
yang telah diterimanya, bahkan oleh dorongan Kasih
Karunia itu ia bekerja jauh lebih rajin dibandingkan
semua rasul yang lain. Di dalam hal ini kelihatannya
Rasul Paulus mengalami suatu dilema yang cukup unik. Ia
harus “menyombongkan” prestasinya di hadapan jemaat
Korintus untuk menjelaskan dan membuktikan kerasulannya
padahal ia sebenarnya enggan untuk menyebutkan hal-hal
itu, namun hal ini dirasa penting untuk menunjukkan dan
mengajarkan kepada mereka bahwa Kasih Karunia bukanlah
alasan untuk bermalas-malasan dan tidak mengerjakan
panggilan kita dengan dalih Kasih Karunia. Sebaliknya
Kasih Karunia Allah adalah “endowment”;
anugerah/pemberian Allah yang membuat kita sanggup
mengerjakan, sanggup menanggung dan setia sampai akhir
kehidupan kita. Rasul Paulus menulis 13 surat dari
Perjanjian Baru yang artinya hampir 50%, memberitakan
Injil sampai ke “ujung bumi” yang dikenal waktu itu
(kota Tarsus di Spanyol). Seluruh kehidupannya ia tidak
menyia-nyiakan Kasih Karunia yang memampukannya
mengatasi segala macam kesulitan, penganiayaan dengan
kekuatan Kasih Karunia.
3. Kasih Karunia adalah tindakan Allah mendaur ulang
hal-hal buruk yang terjadi dalam kehidupan kita dan
mengubahkannya menjadi sesuatu yang membawa berkat bukan
hanya bagi kita tapi juga bagi banyak orang.
Rasul Pauluslah yang menulis di dalam Roma 8:28, “Kita
tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala
sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang
mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai
dengan rencana Allah.” Kasih Karunia Allah sanggup
mengubahkan hal-hal yang buruk yang menimpa Yusuf di
Perjanjian Lama dan mengubahkannya menjadi sesuatu yang
membawa berkat bagi kehidupannya, bukan hanya bagi
kehidupannya tetapi untuk menyelamatkan seluruh bangsa
(Kejadian 45:7). Kasih Karunia jugalah yang membuat
Rasul Paulus sanggup bertahan meskipun mengalami “duri
dalam daging” (2 Korintus 12:7-10) di mana dia berkata
bahwa di dalam kelemahannyalah Kasih Karunia Allah
menjadi sempurna. Tetapi bukti yang paling indah dan
paling luar biasa dari prinsip ini adalah alasan
pertobatan Rasul Paulus sendiri. Memang kita tidak
mungkin menerima jawaban yang paling memuaskan tentang
pertanyaan mengapa Tuhan memilih untuk memakai kehidupan
kita selain oleh karena kedaulatan dan Kasih Karunia
Allah; namun di dalam kasus Rasul Paulus ia ingat
peristiwa yang dicatat di dalam Kisah Para Rasul 7
tentang kematian Stefanus. Ia ingat bahwa ialah yang
memberikan izin untuk masa merajam Stefanus dengan batu
sampai mati dan ia juga ingat dengan nafas terakhirnya,
Stefanus melihat Tuhan Yesus berdiri di sebelah kanan
Allah Bapa dan Stefanus melepaskan pengampunan kepada
mereka yang menganiaya dia. Di dalam hatinya Rasul
Paulus sangat yakin bahwa meskipun kehidupan Stefanus
tidak terlalu panjang dan pelayanan di dalam Gereja
tidak terlalu menonjol, tetapi dengan melepaskan
pengampunan ia melepaskan kuasa kasih karunia bekerja
dan mengejar kehidupan Rasul Paulus sehingga ia
mengalami perjumpaan dengan Tuhan Yesus sediri di dalam
Kisah Para Rasul 9. Ia merasa kehidupannya adalah Kasih
Karunia yang dilepaskan oleh Stefanus ketika ia
mengalami hal yang kelihatannya menyengsarakan hidupnya
tetapi ia memilih untuk melepaskan kuasa kasih karunia
Allah yang dipicu dengan pengampunan, hasilnya ialah
Saul dari Tarsus yang berubah menjadi Rasul Paulus
seorang arsitek pembangun gereja yang luar biasa dipakai
oleh Tuhan.
PENUTUP
Inilah definisi Kasih Karunia yang benar yang harus
diterima seluruhnya; kasih karunia memang merupakan
tindakan Allah mengampuni, menutupi dan melupakan
dosa-dosa kita yang dilakukan di masa lalu dan di dalam
Kristus menerima kita sebagai ciptaan yang baru. Tetapi
kita jangan berhenti sampai disitu saja kita harus masuk
ke dalam kasih karunia sebagai tindakan pemampuan Allah
yang membuat kita sanggup mengerjakan panggilan kita dan
setia sampai akhir kepada panggilan tersebut. Pada
akhirnya kita jangan pernah melupakan kasih karunia
Alllah yang sanggup membalikkan keadaan kita sehingga
apapun yang kita alami kita akan keluar sebagai pemenang
karena kasih karunia-Nya yang sanggup mengubahkan segala
sesuatu untuk membawa kebaikan bagi kita. (AL)