TAHUN PEY ALEPH 5781
"Tahun Ibrani 5781 (disebut Pey Aleph) dimulai
tanggal 18 September 2020 pukul 18.00. Menurut
perhitungan hari secara Ibrani satu hari dimulai pada
pukul 18.00 dan berakhir pada pukul 18.00 hari
berikutnya. Tahun 5781 dituliskan dalam bahasa Ibrani
sebagai תשפ”א (Tav Shin Pey Aleph = 781) atau sering
disingkat menjadi פא (Pey Aleph).
Huruf פ (Pey) digambarkan dengan sebuah mulut, jadi
sepanjang tahun Pey Aleph mulut (ucapan/perkataan)
sangat berperan dan berpengaruh dalam kehidupan rohani
dan jasmani, yaitu ketika terjadi kesepakatan dengan
kehendak dan tujuan Tuhan. Mulut orang percaya
seharusnya memperkatakan Firman Tuhan secara terus
menerus dan menyatakan kebenaran yang akan menghasilkan
perubahan dan pertobatan.
Huruf א (Aleph) yang berarti 1 (satu) berbicara mengenai
TUHAN yang Esa, Yang Pertama dan Terutama, Yang Awal dan
Yang Akhir.
“Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada
dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa.”
Wahyu 1:8
Tuhan Yesus adalah Yang Awal dan Yang Akhir. Dengan
demikian maka mulut orang percaya harus mendeklarasikan
(menyatakan) bahwa Tuhan Yesus ‘Sang Awal dan Sang Akhir’
akan segera datang kembali dengan segala kemuliaan dan
kuasa-Nya.
Aleph juga berarti pertama, Dalam Yohanes 1:1 tertulis:
“Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama
dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.”
Umat Allah harus kembali menjadikan Firman Tuhan sebagai
otoritas tertinggi yang mengatur kehidupan kita. Pola
hidup rohani yaitu membaca, merenungkan, memperkatakan
dan melakukan Firman Tuhan harus kembali menjadi pola
hidup sehari-hari.
Dalam Ibrani kuno, Aleph digambarkan sebagai kepala
seekor lembu (berasal dari budaya orang Kanaan) yang
melambangkan kekuatan dan kuasa (otoritas). Dalam hal
ini melambangkan para pemimpin yang memiliki otoritas.
Artinya, tahun ini adalah tahun kesatuan di dalam
hal-hal yang benar dan kudus bagi para pemimpin (ayah,
suami, pria, pemimpin rohani dan pemimpin lainnya), di
mana terjadi kesatuan antar pemimpin dan antara pemimpin
dengan orang yang dipimpinnya. Akan terjadi pemulihan
dalam keluarga, gereja dan pelayanan yang akan
menghasilkan ‘Umat yang layak bagi Tuhan’.
“dan ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan
kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada
anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran
orang-orang benar dan dengan demikian menyiapkan bagi
Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya.” Lukas 1:17
Jadi pada tahun Pey Aleph akan terjadi pemulihan
kehidupan orang percaya di dalam perkataan, pola hidup
yang akan menjadikan Firman Tuhan sebagai otoritas
tertinggi, kekudusan yang semakin meningkat, pemulihan
hubungan dan deklarasi Yesus adalah ‘Tuhan dan
Juruselamat’ yang akan menghasilkan penuaian jiwa untuk
mempersiapkan umat yang layak bagi Tuhan di hari
kedatangan-Nya yang kedua kalinya.
MENGALAMI MAKNA ALEPH PEY
Bagaimana makna rohani tahun Pey Aleph ini bisa dialami
oleh orang percaya?
“Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk
di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung
jubah-Nya memenuhi Bait Suci. Para Serafim berdiri di
sebelah atas-Nya, masing-masing mempunyai enam sayap;
dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap
dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai
untuk melayang-layang.
Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya:
"Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi
penuh kemuliaan-Nya!" Maka bergoyanglah alas ambang
pintu disebabkan suara orang yang berseru itu dan rumah
itupun penuhlah dengan asap. Lalu kataku: "Celakalah aku!
aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan
aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir,
namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN
semesta alam."
Tetapi seorang dari pada Serafim itu terbang mendapatkan
aku; di tangannya ada bara, yang diambilnya dengan sepit
dari atas mezbah. Ia menyentuhkannya kepada mulutku
serta berkata: "Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka
kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni."
Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: "Siapakah yang
akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?"
Maka sahutku: "Ini aku, utuslah aku!" Yesaya 6:1-8
Ayat-ayat di atas mengisahkan apa yang dialami oleh nabi
Yesaya dalam perjumpaannya dengan Tuhan yang mengajarkan
hal-hal rohani yang sama dengan makna rohani tahun Pey
Aleph.
1. Perubahan Hidup
Dalam Yesaya 6:1,3 ditulis “Aku (Yesaya) melihat Tuhan”
dan mendengar para Serafim (Malaikat) Berseru “Kudus,
kuduslah TUHAN”. Di sini dikatakan Yesaya mengalami
pengalaman rohani yang mengubah kehidupannya, yaitu
perjumpaannya dengan Tuhan di dalam kekudusan-Nya dan
dalam kemuliaan-Nya. Yesaya mengalami penglihatan
‘suasana sorga’.
Hal ini mengajarkan bahwa hal pertama dan terutama yang
harus dialami oleh umat Allah adalah perjumpaan secara
pribadi dengan Tuhan Yesus. Pengalaman ini yang mengubah
kehidupan secara total seperti yang dialami oleh Saulus
saat berjumpa dengan Tuhan Yesus dalam perjalanannya ke
Damsyik.
Sebagai orang percaya, perjalanan iman kita dimulai
dengan langkah pertama yaitu perjumpaan pribadi dengan
Tuhan Yesus. Kekristenan yang sejati adalah hasil dari
perjumpaan pribadi seseorang dengan Kristus.
Hal ini juga mengajarkan umat Allah untuk secara
konsisten menjaga dan mengalami ‘perjumpaan’ dengan
hadirat-Nya secara terus menerus. Hubungan dengan Tuhan
Yesus yang nyata dan mendengar tuntunan dan suara Roh
Kudus harus terus terjadi dalam kehidupan sebagai orang
percaya.
Menjaga hati untuk tetap mengasihi Tuhan Yesus dan
menjadikan Dia sebagai Tuhan adalah hal yang harus terus
menerus diusahakan dan dikerjakan sungguh-sungguh.
“Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu.
Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa! dan
sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati!” Yakobus
4:8
Hati yang mendua (mengasihi dunia dan apa yang ada di
dalamnya, sambil mengaku mengasihi Tuhan) adalah
penghalang terbesar untuk dapat mengalami hubungan yang
sepenuhnya dengan Kristus. Tuhan Yesus harus menjadi
yang pertama dan terutama dalam kehidupan seorang
percaya
2. Pertobatan dan Kerendahan Hati
Dalam ayat 5 ditulis Yesaya berkata: “Celakalah aku”.
Yesaya menyadari keadaan dirinya yang berdosa dan najis
di hadapan Tuhan. Hal ini menggambarkan pengakuan yang
penuh kejujuran dan kerendahan hati dari Yesaya.
Kita memang telah dilayakkan oleh pengorbanan Tuhan
Yesus, tetapi tetaplah memiliki ‘sikap tidak layak’ di
hadapan Tuhan, yaitu pertobatan dan kerendahan hati. Hal
inilah yang berkenan kepada Tuhan. Kesombongan tidak
pernah memperkenankan hati Tuhan.
Dalam Lukas 18:10-14, Tuhan Yesus mengajar:
“Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang
seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai.
Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini:
Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku
tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok,
bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti
pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku
memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.
Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia
tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul
diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang
berdosa ini.
Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya
sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu
tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan
direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan
ditinggikan.”
Kesombongan menjadi penghalang seseorang berkenan di
hadapan Tuhan, kerendahan hati membuat seseorang justru
semakin dekat kepada Tuhan, karena timbul kerinduan
untuk mengenal Kristus dan mengasihi Dia, seperti yang
dicatat dalam Lukas 15:1-2,
“Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya
datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Maka
bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli
Taurat, katanya: "Ia menerima orang-orang berdosa dan
makan bersama-sama dengan mereka.”
3. Pengudusan
Dalam Yesaya 6:6-7 dicatat seorang Serafim menyentuhkan
sebuah bara yang diambil dari atas mezbah kepada mulut
Yesaya dan berkata “kesalahanmu telah dihapus dan dosamu
telah diampuni.”
Seorang yang mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan
akan mengalami kasih karunia yang membuatnya mengalami
‘pembenaran’ di hadapan Tuhan.
Tuhan Yesus telah mati di kayu salib untuk menebus dan
membereskan dosa dan setiap orang yang percaya
kepada-Nya akan dibenarkan oleh karena iman hasil karya
Roh Kudus yang membawa kelahiran baru dalam kehidupannya.
Langkah berikutnya orang tersebut akan masuk ke dalam
proses pengudusan, yang dikerjakan oleh Roh Kudus dalam
hidupnya dan kesediaannya menaati Firman Tuhan. Baru
setelah itu akan mengalami kemuliaan dan penggenapan
janji-janji Allah yang kekal.
Secara khusus, mengenai mulut (perkataan), tercatat
dalam Yakobus 3:2-3 bahwa:
“Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa
tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang
sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.
Kita mengenakan kekang pada mulut kuda, sehingga ia
menuruti kehendak kita, dengan jalan demikian kita dapat
juga mengendalikan seluruh tubuhnya.”
Umat Allah harus menyadari bahwa banyak perkataan yang
keluar dari mulutnya yang salah di hadapan Tuhan dan
berdampak kepada kehidupan dirinya serta orang lain juga.
Mulut kita harus terus-menerus disucikan dan mengatakan
hal yang benar, yaitu Firman Tuhan.
Pernyataan Yesaya mengenai ‘najis bibir’ berarti
mengatakan hal-hal yang salah dan juga tidak mengatakan
hal-hal yang benar.
“Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik,
tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.” Yakobus 4:17
Dalam konteks ayat tersebut, ketika seorang percaya
tidak mengatakan kebenaran (dalam hal ini adalah berita
Injil), maka ia berdosa dalam perkataannya.
4. Pemulihan
Berfirmanlah TUHAN kepada Yesaya: “Baiklah engkau keluar
menemui Ahas, engkau dan Syear Yasyub, anakmu laki-laki,
...” Yesaya 7:3
Tuhan menyuruh Yesaya menemui Raja Israel, yaitu Raja
Ahas bersama dengan anak laki-lakinya yang bernama Syear
Yasyub. Bisa didapatkan pengertian bahwa Yesaya memiliki
hubungan yang baik dengan anaknya sehingga bisa melayani
Tuhan bersama-sama. Terjadi pemulihan antara bapa dan
anaknya.
“Kemudian aku menghampiri isteriku; ia mengandung dan
melahirkan seorang anak laki-laki. Lalu berfirmanlah
TUHAN kepadaku: "Namailah dia: Maher-Syalal Hash-Bas
...” Yesaya 8:3
Dalam bahasa asli Alkitab Perjanjian Lama yaitu bahasa
Ibrani; kata ‘isteriku’ ditulis sebagai נביאה (nebîy'âh),
diterjemahkan dalam Alkitab bahasa Inggris versi KJV
(King James Version) sebagai prophetess yang memiliki
arti nabiah (nabi perempuan).
Jadi isteri Yesaya adalah juga seorang nabi dan
melahirkan anak yang kedua yang bernama Maher-Syalal
Hash-Bas, yang artinya terdapat dalam ayat 4,
“sebab sebelum anak itu tahu memanggil: Bapa! Ibu! maka
kekayaan Damsyik dan jarahan Samaria akan diangkut di
depan raja Asyur.”
Arti nama ini menjadi nubuatan untuk apa yang akan
terjadi kepada bangsa Israel di masa pembuangan.
Jadi Yesaya mengalami pemulihan keluarga di mana dia,
isterinya bahkan anak-anaknya semua dipakai Tuhan untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan dalam bernubuat dan
mengajar bangsa Israel.
Orang yang mengalami perjumpaan dengan Tuhan dan
dikuduskan dalam kehidupannya akan mengalami pemulihan
dalam keluarganya dan bersama-sama akan dipakai Tuhan
untuk menyatakan kemuliaan-Nya.
5. Pengutusan
Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata:
“Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi
untuk Aku?”
Maka sahutku: "Ini aku, utuslah aku!” Yesaya 6:8
Selanjutnya Yesaya diutus Tuhan untuk pergi kepada
bangsa Israel menyatakan kebenaran dan kemuliaan Tuhan.
Setiap orang percaya yang telah mengalami perjumpaan
dengan Tuhan akan mengalami pengudusan dan pemulihan
sehingga menjadikannya sebagai utusan-utusan Kerajaan
Sorga untuk menyatakan dan mendeklarasikan bahwa Yesus
adalah Tuhan dan Juruselamat dunia.
Melalui pencurahan Roh Kudus di era Pentakosta Ketiga
ini, Tuhan memampukan gereja-Nya menyelesaikan Amanat
Agung Tuhan Yesus dan melihat kedatangan-Nya yang kedua
kali.
Alami perjumpaan pribadi dengan Tuhan yang menghasilkan
perubahan total dalam hidup dan membawa ke dalam seluruh
proses pengudusan yang akan menghasilkan pemulihan dan
pemberdayaan Roh Kudus; menjadikan kita sebagai “THE
MESSENGER OF THE 3rd PENTECOST” untuk menyelesaikan
Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus. Amin. (BM)
____________________