TANTANGAN
DALAM
‘The Year of A New Dimension’
“Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan
dengan muka yang tidak berselubung.
Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang
adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan
gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.”
2 Korintus 3:18
Tahun 2020, Gembala Pembina menyuarakan visi bahwa
“Tahun 2020 adalah Tahun Dimensi yang Baru”. Frasa itu
berbicara tentang ukuran baru yang lebih besar dan lebih
baik dalam seluruh aspek hidup kita yang menyangkut
berkat secara rohani maupun jasmani. Tuhan ingin kita
semua mengalami semua janji-janji berkat-Nya bahkan yang
lebih besar dan lebih baik dari hari ke hari sesuai
dengan firman-Nya yang berkata;
“TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan
menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, …”
Tetapi apa yang mendasari semua ini sehingga kita
mengalami berkat rohani dan jasmani dengan dimensi yang
baru?
Dalam perumpamaan tentang pokok anggur yang benar yang
ditulis dalam Injil Yohanes 15:1-8, Yesus menggambarkan
diri-Nya sebagai “Pokok Anggur”, di mana murid-murid-Nya
sebagai “ranting”, dan Allah digambarkan sebagai “Tukang
Kebun” yang memelihara ranting-ranting itu supaya tetap
berbuah.
Di sini Tuhan Yesus berbicara tentang adanya dua macam
ranting, yaitu yang berbuah dan yang tidak berbuah. Buah
yang dimaksud di sini adalah buah Roh yaitu karakter
Kristus yang termanifestasi dalam hidup orang percaya
sebagai hasil persekutuan dengan Roh Kudus, yaitu: kasih,
sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan,
kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan
diri.
Dalam perumpamaan ini diceritakan, bahwa ranting yang
tidak berbuah pasti akan dipotong oleh Bapa, lalu
dipisahkan dari hubungan dengan Tuhan Yesus. (Matius
3:10)
Melalui perumpamaan pokok anggur yang benar ini, Tuhan
Yesus memberikan peringatan kepada orang percaya bahwa
hubungan keselamatan orang percaya tidak bersifat statis
berdasarkan keputusan di masa lalu, tetapi hubungan itu
bersifat progresif selama orang percaya tetap tinggal di
dalam Kristus sebagaimana ranting akan tetap berbuah
selama terpaut dengan pokok anggurnya.
Tetapi ranting yang berbuah justru akan terus dan terus
dibersihkan oleh Bapa yaitu dengan disingkirkannya
segala sesuatu yang menghambat mengalirnya hidup yang
vital dari Yesus. Mengapa orang percaya harus terus “dibersihkan”?
Bukankah orang percaya sudah dikuduskan oleh Darah Yesus
ketika mereka percaya dan menerima Yesus? Memang Darah
Yesus sanggup menghapus dosa manusia tetapi tidak serta
merta menghilangkan tabiat dosa (sinful nature) manusia,
yaitu:
“Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan,
kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir,
perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan
diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian,
kemabukan, pesta pora dan sebagainya.”
Galatia 5:19-21a
Tabiat-tabiat dosa inilah yang akan terus "dibersihkan"
oleh Bapa sampai kehidupan orang percaya serupa dan
segambar dengan Kristus. Allah sebagai “Tukang Kebun”
tidak dapat “membersihkan” orang percaya dengan
sendirinya tanpa adanya kerjasama dari orang percaya.
Bagian Allah yang “membersihkan” dan bagian orang
percaya adalah menyangkal diri dan memikul salib selama
hidupnya, seperti yang Tuhan Yesus katakan dalam Lukas
9:23, yaitu:
"Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal
dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.”
Seperti dalam proses pemurnian emas, Allah menempatkan
diri-Nya sebagai seorang pandai emas yang memurnikan
emas dengan membersihkan atau melepaskan emas tersebut
dari campuran logam-logam lain (alloy) yang menempel
sehingga membuat emas itu menjadi kotor dan keras.
”Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatangan-Nya? Dan
siapakah yang dapat tetap berdiri, apabila Ia
menampakkan diri? Sebab Ia seperti api tukang pemurni
logam dan seperti sabun tukang penatu. Ia akan duduk
seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak; dan
Ia mentahirkan orang Lewi, menyucikan mereka seperti
emas dan seperti perak, supaya mereka menjadi
orang-orang yang mempersembahkan korban yang benar
kepada TUHAN.”
Maleakhi 3:2-3
Secara sederhana proses pemurnian emas adalah: emas
dimasukkan disuatu wadah dan dicampurkan dengan suatu
zat, setelah itu emas dibakar sampai meleleh. Karena
berat jenis emas lebih berat dari segala jenis logam,
maka ketika emas campuran itu meleleh, emas murninya
akan mengendap ke bawah dan kotoran-kotoran yang
menempel pada emas tersebut akan terlepas dan mulai
terangkat ke atas, lalu si pandai emas akan mengambil
kotoran- kotoran itu. Setelah apinya dimatikan maka
kadar kemurnian emas itu akan naik. Begitulah
selanjutnya emas mengalami beberapa kali proses
pemurnian sampai menjadi emas yang murni yang menurut
Alkitab; bening warnanya.
“…jalan-jalan kota itu dari emas murni bagaikan kaca
bening.”
Wahyu 21:21
Tetapi apabila dalam suatu proses pemurnian, ketika
kotoran-kotoran yang menempel pada emas sudah terangkat
ke atas dan si pandai emas tidak mengambilnya, maka
ketika api yang membakar emas dimatikan, kotoran-kotoran
itu akan kembali menempel pada emas, emas tetap
mengalami proses pemurnian tetapi kadar kemurniannya
tidak naik.
“Sesungguhnya, Aku telah memurnikan engkau, namun bukan
seperti perak, tetapi Aku telah menguji engkau dalam
dapur kesengsaraan.”
Yesaya 48:10
Allah memakai istilah “dapur kesengsaraan” untuk
menggambarkan proses membersihkan tabiat dosa yang masih
ada dalam kehidupan orang percaya yang menghambat
kemuliaan Kristus terpancar dalam hidup mereka. Ketika
Allah mendatangkan “proses” yang “membakar” kehidupan
orang percaya, seperti yang terjadi dalam proses
pemurnian emas, maka tabiat-tabiat dosa manusia (kotoran-kotoran
yang menempel) mulai terangkat ke atas atau terlihat.
Tetapi jika orang percaya meresponi “proses” itu secara
positif dengan memikul salibnya, maka Allah sebagai
pemurni emas dapat mengambil "kotoran-kotoran" tersebut,
sehingga ketika proses "dapur kesengsaraan" selesai,
kadar kemurnian emas atau kadar kekudusan orang percaya
naik, orang percaya menghasilkan buah Roh sehingga
memancarkan kemuliaan Kristus yang semakin hari semakin
besar.
TANTANGAN DALAM THE YEAR OF A NEW DIMENSION
Tidak ada seorangpun yang ingin mengalami “dapur
kesengsaraan” dalam hidupnya. Secara alami manusia
cenderung menghindari proses itu, tetapi ingat firman
Tuhan berkata:
“Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara
kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku,
janganlah anggap enteng didikan Tuhan,
dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya;
karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia
menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.
Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan
kamu seperti anak.
Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?
Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus
diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi
anak-anak gampang.
Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh
ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian
bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh,
supaya kita boleh hidup?
Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek
sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia
menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh
bagian dalam kekudusan-Nya.”
Ibrani 12:5-10
Proses “dapur kesengsaraan” yang diizinkan Allah justru
merupakan tanda bahwa orang percaya dikasihi oleh Allah
sehingga mereka dididik dan dibersihkan, karena tanpa
kekudusan tidak seorangpun akan melihat Allah. Demikian
juga seorang anak yang sudah berhasil lulus mengikuti
ujian tingkat Sekolah Dasar, maka dia akan naik ke
jenjang yang lebih tinggi, dimana ia akan menghadapi
ujian yang lebih berat lagi.
Orang percaya yang meresponi positif setiap “proses”
yang datang dalam hidupnya dengan memikul salibnya, maka
Allah akan mendatangkan “dapur kesengsaraan” yang akan
semakin “panas” dari hari ke hari agar orang percaya
semakin banyak menghasilkan buah Roh sehingga Kemuliaan
Kristus semakin terpancar dalam kehidupan orang percaya
dengan dimensi yang semakin besar.
Tetapi tidak semua orang percaya akan memberikan respon
yang positif pada setiap “proses” yang datang dalam
hidupnya, adakalanya orang percaya mengalami kegagalan
dalam memikul salib sehingga mereka mengalami “proses”
tetapi tidak menghasilkan buah Roh. Hal ini membuat
Allah harus mengulangi proses pemurnian tersebut.
Ingatlah apa yang firman Tuhan katakan:
“Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama
seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri,
kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga
kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam
Aku.”
Yohanes 15:4
Orang percaya akan menghasilkan buah Roh asalkan
memiliki persekutuan intim dengan Tuhan. Agar kita dapat
bersekutu dengan Tuhan tentunya memerlukan waktu dan
pengorbanan, dan hal ini yang banyak dilalaikan oleh
orang percaya, akibatnya orang percaya seringkali gagal
memikul salib ketika “proses” datang dalam hidup mereka.
Tuhan bertujuan agar setiap orang percaya memancarkan
kemuliaan Kristus dalam dimensi yang semakin besar dari
hari ke hari sehingga berkat jasmani akan dialami oleh
orang percaya dalam dimensi yang besar juga, hingga
akhirnya membuat nama Tuhan dimuliakan. (JM)
“Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu
berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah
murid-murid-Ku.” Yohanes 15:8