THE TRUE PERSONAL BRANDING
“Nama baik lebih berharga dari pada
kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada
perak dan emas.” Amsal 22:1
Di kalangan pengusaha ada istilah bahwa nama baik itu
perlu dijaga sampai mati. Hal itu dinasehatkan orang tua
kepada anak-anaknya agar mereka menjaga nama baik
termasuk nama baik orang tuanya. Ketika seseorang
bangkrut, namun masih memiliki nama baik, masih ada
harapan, karena teman-temannya akan membantu. Sebaliknya
ketika nama baiknya sudah hancur, maka akan sangat sulit
mendapat kepercayaan dari orang lain.
APAKAH PERSONAL BRANDING ITU?
Dikenal baik atau buruk oleh orang-orang merupakan
sesuatu yang kita kenal saat ini dengan istilah personal
branding. Personal branding adalah proses pembentukan
persepsi masyarakat terhadap kehidupan seseorang
meliputi kepribadian, kemampuan dan nilai dirinya.
Personal branding juga berarti citra yang ditampilkan
seseorang secara konsisten secara terus-menerus sehingga
menghasilkan persepsi positif dari masyarakat. Misalnya
ada seorang pendeta yang suka mengajar mengenai keluarga,
lama-kelamaan akan dikenal secara pendeta yang menangani
keluarga, sehingga orang yang sedang bermasalah dalam
keluarganya tidak ragu untuk datang meminta pertolongan.
Ada juga orang yang dikenal baik atau dermawan karena
suka memberikan bantuan. Personal branding orang-orang
tersebut sudah dikenal di tengah masyarakat.
APAKAH ORANG PERCAYA PERLU MEMILIKI PERSONAL BRANDING?
Apa yang terlintas dalam diri kita ketika mendengar nama
Daniel? Daud? Ada yang berpikir gua singa, ada juga yang
ingat pejabat yang saleh, sebagian akan mengingat
seseorang yang handal dalam pekerjaannya, tidak
melakukan kelalaian. Orang akan mengingat Daud sebagai
raja Israel, Daud dekat dengan Tuhan. Ketika kita dapat
mengingat suatu perbuatan atau sikap seseorang, bisa
diartikan bahwa orang tersebut sudah memiliki personal
branding.
Salomo menulis dalam Amsal 22:1,
“Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar,
dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas.”
Nama baik artinya seseorang yang dikenal sebagai orang
baik. Ketika seseorang dikenal sebagai orang yang baik
dan dapat dipercaya, maka orang lain akan mudah
memberikan kepercayaan dalam berbagai hal, misalnya
dalam bisnis.
Personal branding yang demikian merupakan hal yang
penting dan akan membantu kita dalam menjalani kehidupan
yang pada hakekatnya terkoneksi dengan orang-orang. Kita
memerlukan kepercayaan dari pihak lain dalam bekerja,
berbisnis atau dalam pelayanan. Intinya kita ingin
dikenal baik, bekerja dengan baik dan menghasilkan
produk yang baik sehingga bisa dipakai oleh masyarakat.
BAGAIMANA ORANG PERCAYA MEMBANGUN PERSONAL BRANDING?
Daniel adalah seorang pemuda Yehuda yang ditawan oleh
raja Nebukadnezar ke negeri Babel. Daniel memiliki
kecakapan dan hikmat Tuhan sehingga dapat bekerja pada
raja Babel. Raja yang memerintah Babel berganti-ganti
sampai Raja Darius orang Media memerintah, sementara
Daniel tetap menjadi wakil raja. Untuk seorang tawanan
seperti Daniel, menjadi wakil raja di negara yang
menawannya tentu bukan prestasi sembarangan. Itu adalah
pencapaian tertinggi yang bisa dilakukan seorang tawanan.
Dan Daniel mendapatkan posisi itu karena anugerah Tuhan
yang besar.
Dari sisi Daniel pribadi, apa yang dilakukannya sampai
mendapat kepercayaan yang begitu besar? Alkitab
menyatakan:
“Kemudian para pejabat tinggi dan wakil raja itu mencari
alasan dakwaan terhadap Daniel dalam hal pemerintahan,
tetapi mereka tidak mendapat alasan apapun atau sesuatu
kesalahan, sebab ia setia dan tidak ada didapati sesuatu
kelalaian atau sesuatu kesalahan padanya.”
Daniel 6:5
Ternyata pada Daniel tidak didapati kesalahan apapun
dalam hal pekerjaannya. Daniel orang yang setia kepada
raja dan cermat melakukan semua tanggung jawabnya. Raja
Darius puas dengan prestasi kerja Daniel. Ini berarti
Daniel memiliki personal branding yang sangat baik.
Bagaimana Daniel, orang buangan dari Yehuda bisa sampai
pada titik itu, padahal menjadi wakil raja bukan hal
mudah, bahkan untuk orang Babel sendiri?
1. Daniel Menjaga Kekudusan
Ketika masih muda dan baru ditawan ke Babel, Daniel dan
teman-temannya diberi makanan dan minum yang membuat
mereka tercemar. Daniel meminta agar diberi sayur dan
air putih untuk menjaga kekudusan sebagai umat Tuhan.
Ini adalah hal yang menyenangkan hati Tuhan.
2. Daniel Intim dengan Tuhan
Dituliskan bahwa Daniel berlutut, berdoa dan memuji
Allah tiga kali sehari menghadap ke arah Yerusalem. Ini
adalah kehidupan yang intim dengan Tuhan. Orang yang
menjalankan pemerintahan seperti Daniel pasti sangat
sibuk, namun tetap memberikan waktunya untuk berdoa.
Disebutkan juga bahwa hal itu “biasa dilakukannya” -
memberikan pengertian bahwa dalam setiap situasi Daniel
berdoa, memuji dan memyembah Tuhan. Bandingkan dengan
orang yang hanya berdoa ketika menghadapi masalah atau
sedang sakit, mereka akan berhenti berdoa ketika sudah
sembuh.
3. Daniel Dipenuhi Roh Tuhan
Daniel dapat melakukan hal-hal besar karena dipenuhi Roh
Tuhan. Ada perkara-perkara yang tidak dapat dilakukan
oleh manusia pada umumnya, misalnya mengerti mimpi orang
lain, hal itu dapat dilakukannya karena pertolongan
Tuhan.
Jadi bagaimana Daniel - dengan tanpa disadarinya -
membangun personal branding? Daniel membangunnya dengan
cara menghidupi kehidupan yang melekat kepada Tuhan.
Daniel tidak secara aktif mempertontonan dirinya sebagai
orang baik, namun dengan menjalankan kehidupan yang
menuruti Firman Tuhan. Kita melihat tangan Tuhan yang
berkuasa, membuat Daniel dikenal baik dan dipercaya oleh
raja Babel. Meskipun situasi zaman Daniel dan kita
berbeda, kebenaran Firman tetap sama, kita dapat
menerapkan prinsip-prinsip kehidupan Daniel dalam
kehidupan zaman sekarang.
PERSONAL BRANDING YANG SEJATI
Rasul Paulus menyatakan dalam 2 Korintus 3:3,
“Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus,
yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan
tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan
pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu
di dalam hati manusia.”
Orang percaya adalah surat yang terbuka, artinya semua
orang akan membaca hidup kita. Masalahnya adalah apakah
yang mereka baca dapat membuat mereka memuliakan Tuhan
atau sebaliknya? Hal itu tergantung dari personal
branding yang kita miliki.
Tuhan Yesus mengajar bahwa murid-murid adalah terang
dunia. Murid-murid tidak boleh berpikir mereka adalah
orang-orang gelap. Bersama Tuhan Yesus, kita adalah
terang yang seharusnya memberi cahaya kepada orang lain.
Ketika terang itu bercahaya di depan orang, membantu
mengatasi kegelapan, maka orang-orang akan memuliakan
Bapa yang di sorga. Sebagai seorang murid, kita harus
menyadari hal itu dan berfungsi sebagai terang, dalam
hal ini melakukan perbuatan yang baik.
Personal branding yang sejati adalah apa yang orang lain
lihat pada diri kita karena Tuhan sudah menyatakannya
lebih dulu kepada kita untuk kita jalani. Dengan setia
mengikuti arahan Tuhan, tanpa bermaksud untuk memamerkan
kelebihan diri kita, maka Tuhan yang akan melakukannya.
Contoh: Abraham, dia tidak pernah terpikir menjadi bapa
orang beriman, bagian yang dilakukannya hanya mengikuti
panggilan Tuhan dengan setia. Tuhan yang membuatnya
terkenal, Tuhan yang membuatnya menjadi bapa orang
beriman.
Setiap kita akan memiliki panggilan masing-masing dan
Tuhan menghendaki panggilan itu kita jalani dengan setia
dan berhasil. Untuk mencapai ke sana, Tuhan memberikan
sebuah gambaran mengenai kita kepada orang-orang yang
akan membuat panggilan tersebut berhasil kita lakukan.
(RD)