UJILAH SETIAP PENGAJARAN
“Tuliskanlah kepada malaikat jemaat
di Efesus: Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh
bintang itu di tangan kanan-Nya dan berjalan
di antara ketujuh kaki dian emas itu. Aku tahu segala
pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku
tahu, bahwa engkau
tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa
engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul,
tetapi yang sebenarnya
tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka
pendusta. Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh
karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah. Namun
demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah
meninggalkan kasihmu yang semula. Sebab itu ingatlah
betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan
lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika
tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan
mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau
tidak bertobat. Tetapi ini yang ada padamu, yaitu engkau
membenci segala perbuatan pengikut-pengikut Nikolaus,
yang juga Kubenci.” (Wahyu 2:1-6)
Jemaat di Efesus dalam kitab Wahyu dikenal dengan jemaat
yang telah meninggalkan kasih yang semula. Sebuah
kecaman dan peringatan penting yang TUHAN berikan. Sebab
kasih kepada TUHAN haruslah menjadi dasar dari segala
yang kita lakukan. Namun ada beberapa bagian pekerjaan
mereka yang mendapat pujian dari TUHAN, yakni:
1. Menguji Mereka Yang Menyebut Dirinya Rasul
Bagi jemaat pada masa itu, seorang rasul adalah pemimpin
jemaat yang dihormati. Rasul adalah seorang utusan Injil,
yang dalam pemberitaan Injil atau pengajaran Firman
disertai dengan kuasa mujizat. Banyak jemaat awam dengan
mudahnya percaya dan langsung menghormati mereka yang
datang dengan menyatakan diri sebagai rasul, namun tidak
demikian dengan jemaat di Efesus.
Kata “mencobai” dalam ayat ini mengandung arti ‘berusaha
keras untuk menguji’. Apa yang dilakukan oleh jemaat
Efesus seharusnya menjadi pembelajaran bagi kita
gereja-gereja akhir zaman. Apakah kita mudah ‘terkesima’
atau ‘takjub’ dengan hamba Tuhan yang mengaku diri rasul,
lalu dengan serta merta menerima pengajaran yang mereka
sampaikan tanpa berusaha keras untuk mengujinya? Firman
Tuhan dan Roh Kudus sebagai tolak ukur pengujian yang
paling tepat.
“Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan
setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka
berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang
telah muncul dan pergi ke seluruh dunia. Demikianlah
kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa
Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari
Allah, dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak
berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan
tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan
sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia. Kamu berasal
dari Allah, anak-anakku, dan kamu telah mengalahkan
nabi-nabi palsu itu; sebab Roh yang ada di dalam kamu,
lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia. (1
Yoh 4:1-4)
2. Membuktikan Kebohongan Para Rasul Palsu
Ternyata mereka bukan hanya berusaha dengan keras untuk
menguji, tetapi setelah diketahui kebenarannya, mereka
membuktikan kebohongan para rasul palsu! Ini berarti ada
konfrontasi antara mereka dengan para rasul palsu
tersebut. Pembelajaran bagi kita adalah bahwa kita
jangan diam saja melihat penyesatan yang sedang
berlangsung. Pertama tentu kita harus menjaga agar diri
kita jangan disesatkan, kedua kita harus berhadapan muka
dengan muka, kita harus berdiri di depan untuk menentang
penyesatan dan menyatakan kebenaran.
Gereja di Indonesia beberapa waktu belakangan ini
dilanda dengan pengajaran hypergrace yang menyusup
sampai ke akar rumput. Apakah kita berdiam diri dan
berpangku tangan saja? Tentu tidak! Para pemimpin gereja
bersama-sama dengan kita semua harus berdiri di depan
untuk menyatakan kebenaran dan “unity” dalam peperangan
rohani melawan penyesatan melalui hypergrace. Kita
menyatakan pengajaran yang sesuai dengan kebenaran
Alkitab.
3. Membenci Perbuatan Nikolaus Yang Juga Dibenci TUHAN
Dalam catatan Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan (Gandum
Mas, 2002:2153) dikatakan bahwa pengikut-pengikut
Nikolaus ini seringkali disamakan seperti pengajaran
Bileam, bahwa percabulan tidak akan mempengaruhi
keselamatan seseorang dalam Kristus. Dengan jelas
Perjanjian Baru mengatakan hal yang sebaliknya bahwa
orang-orang yang demikian tidak akan mendapat bagian
dalam Kerajaan Allah (1 Kor 6:9-10).
Allah membenci aliran sesat yang mengajarkan bahwa kita
dapat tetap selamat sekalipun pada saat yang sama kita
hidup dalam percabulan (seperti halnya yang diajarkan
dalam pengajaran hypergrace). Membenci apa yang dibenci
Allah merupakan ciri khas orang-orang yang setia kepada
Kristus. (Maz 139:21; Ams 8:13)
Marilah kita menyikapi dengan bijaksana, pemimpin yang
salah mengajar (baca: rasul palsu) dengan tanpa kompromi,
namun dengan tetap memegang teguh (memelihara) kasih
yang mula-mula kepada Tuhan Yesus. Amin. (AR)